Kamu pernah berobat ke Puskesmas?
Hatiku rasanya dekat sekali dgn Puskesmas. Aku lahir di Puskesmas. Rumah kakek hanya berjarak 10 menit jalan kaki ke sana. Jadi, ketika Ibuku mulai kontraksi, pilihan terdekat hanyalah ke Puskesmas itu. Rumah sakit lokasinya berkilo-kilo meter dari rumah. Ada opsi dukun beranak. Tapi Ibuku lebih percaya bidan untk urusan melahirkan.
Saat masih kecil, mbakku pernah mengolok-olokku karena aku satu-satunya anak dlm keluarga yg lahir di Puskesmas. Semuanya lahir di rumah sakit yg nyaman di Jakarta / di Bekasi. Aku hanya numpang lahir di kampung. Dan pas banget, lokasinya di Puskesmas.
Saat itulah aku punya anggapan bahwa Puskesmas identik dgn tempat orang kampung berobat yg pelayanannya serba minim.
Waktu SD, Aku pernah protes sambil menangis ke Ibu kenapa harus dilahirkan di Puskesmas kampung? Padahal selama hamil Ibu tinggal di Jakarta. Numpang lahir kok ya di kampung. Gara-gara itu aku jadi diejek mbakku.
"Sini..." Ibu memegang tangan kananku dan mendekatkannya ke mulut, "kamu ibu balikin ke perut lagi. Ibu makan. Tangannya dullllu yaaaa.... Aum… Lehernya mana sini lehernya, Auuuum… Sini sini mana perutnyaaaa... Auuuum... Nyam...nyam.. nyam... Enaaaak..." Aku kegelian. Ibu pura-pura mengunyah, " Nanti kalau udah di perut semua, ibu mau pindah ke luar negeri. Naik pesawat. Biar kamu bisa lahir lagi di Rumah Sakit bagus, di luar negeri sekalian."
Gara-gara Ibu begitu, aku jadi lupa kenapa tadi mesti menangis.
Beranjak dewasa, aku jadi orang yg sinis banget sama pemerintah. Lahir di mana saja jg sama paitnya. Tapi, setelah aku pikir-pikir, lama kelamaan aku paham bahwa sebenarnya keberadaan Puskesmas di sebuah desa adlh salah satu hal keren yg sudah dirintis pemerintah. Beberapa Puskesmas sudah menyediakan ruang rawat inap, poli gigi, poli Ibu dan anak yg cukup memadai untk keperluan tahap awal pengobatan.
Teteup loh ya, kalau pelayanannya busuk, males banget muji-muji Pemerintah.
Di Kecamatan Mampang Prapatan sini, tiap desanya ada satu Puskesmas yg berdiri. Kalau penyakit kita tak bisa ditangani Puskesmas desa karena butuh fasilitas yg lebih lengkap, kita akan dirujuk ke Puskesmas daerah yg punya fasilitas dan dokter ahli. Kalau di Mampang Prapatan, Puskesmas Daerahnya sedang dlm proses metamorfosis jadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dgn dilengkapi kamar inap, dokter, dan laboratorium yg memadai.
Mestinya keadaan di daerah lain tak jauh beda. Semoga saja ada Puskesmas bagus di sana.
Jika kita periksa ke Klinik Swasta, untk pemeriksaan standar yg ditanyai sakit apa sambil diperiksa tekanan darah dan detak jantung, seorang pasien mesti keluar uang sekitar IDR 50.000-150.000 plus tebus obat. Dengan pemeriksaan yg sama di Puskesmas, biayanya cuma IDR 2.000 sudah plus obatnya. Kalau punya BPJS malah bisa gratis.
Waktu pertama kali ke Puskesmas lagi, aku girang luar biasa karena ternyata berobat bisa lebih murah dari naik Kopaja.
Biaya untk cek darah di Klinik dan laboratorium swasta bisa ratusan ribu sampai jutaan. Tapi di Puskesmas, cek darah lengkap cuma butuh biaya IDR 50.000. Tentu saja bisa gratis untk pasien BPJS.
Bahkan untk penderita kelainan darah maupun antibody seperti Lupus, Anemia, Thalasemia dan lainnya, tes darah di laboratorium Puskesmas untk deteksi dini jg sudah sangat memadai, dan yg penting, Murah! Untuk pengobatan selanjutnya bisa tanya ke dokter yg bersangkutan. Kemungkinan besar, -menurut perkiraanku- akan dirujuk dan diarahkan untk bertemu dokter ahlinya.
Beberapa Puskesmas daerah yg bekerjasama dgn lembaga-lembaga macam Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TP2A) malah sudah bisa melakukan visum kepada korban kekerasan seksual plus cek HIV/AIDS/PMS (Penyakit Menular Seksual) dgn pendampingan. P2TP2A ni ada di berbagai wilayah di Indonesia. Silakan browsing sendiri ya.
Pegawai P2TP2A di Bandung pernah bilang padaku, "Biasanya, korban pemerkosaan yg meminta bantuan pendampingan / advokasi ke sini dlm keadaan bersih. Maksudnya, dia sudah mandi. Padahal, untk keperluan visum, sebaiknya korban tak mandi dulu biar semua jejaknya masih utuh dan bisa jadi tanda bukti yg kuat jika korban mau menindaklanjuti laporan ke pihak kepolisian."
P2TP2A belum ada di banyak kota. Makanya, kalau tak ada, kita bisa melakukan pemeriksaan itu secara mandiri. Lebih baik periksa untk tahu keadaan tubuh kita daripada terlanjur. Jika ada sesuatu yg mengkhawatirkan dan tak dpt ditangani Puskesmas, langsung bisa dirujuk ke rumah sakit daerah yg masih punya koneksi dgn puskesmas.
Di Puskesmas Kemang, ada dokter Rebbeca yg sudah terkenal sebagai orang yg bisa ditanya dan melakukan pemeriksaan soal HIV/AIDS. Rahasia jg terjamin. Bisa Gratis jg kok. Paling bayar pendaftaran tetep IDR 2000 ya. Kabarnya di RS Carolus jg bisa Gratis.
Tidak harus jadi nakal dan gonta ganti pasangan untk tes HIV/AIDS. Karena kita tak tahu transfusi darah jenis apa yg masuk ke dlm tubuh kita. Kita tak tahu apakah pasangan kita benar-benar hanya mengonsumsi "menu" di rumah / "jajan". Karena pengidap HIV/AIDS belakangan ni justru Ibu Rumah Tangga baik-baik yg tak pernah macam-macam di luar rumah. Makanya, lebih baik deteksi sejak dini. Tidak perlu malu untk kesehatan.
Di Puskesmas daerah Bangka, Pela Mampang, Tegal Parang, dan berbagai Puskesmas daerah lainnya di luar Jakarta, ada kampanye gerakan IVA (Intip Vagina Anda). Jangan salah paham ya karena ada kata intip intipnya, IVA itu sebuah gerakan untk meraih kepedulian perempuan terhadap organ reproduksinya. Fungsi utamanya adlh deteksi awal kanker Serviks dgn kapas dan Cuka. Caranya, kapas dibasahi cuka, lalu dokter akan mengintip vagina kita dgn menempelkan kapas dan cuka itu ke Vagina. Jika ada pengapuran di kapas, maka dikhawatirkan ada bibit kanker serviks di sana. Metode ni harus dilakukan oleh dokter beneran lho ya. Don't try this at home. Nggak usah sok sok an main dokter dokteran sama pacar buat mraktekin metode ni ya. Itu mah 100% modus doang. Amannya, ya IVA aja di Puskesmas.
Di Puskesmas, periksa IVA cuma perlu bayar IDR 5.000. Kalau terdeteksi ada kanker, akan langsung cek cryo dgn biaya IDR 70.000. Sepertinya kalau punya BPJS bisa gratis.
Sayangnya, fasilitas dan pelayanan yg ada di berbagai puskesmas tak sama. Tahun 2010, aku masih mengalami Puskesmas di Jakarta yg jam 11 pagi sudah tutup. Di tahun 2015, keadaan berubah. Puskesmas buka dari jam 7 / 8 pagi sampai jam 4. Berkat Ahok jg yg minta Puskesmas buka sampai sore.
Jam pelayanan Puskesmas di daerah sekarang ni bagaimana ya? Yang jelas, jika jam 11 dan 12 pagi sudah tak menerima pasien, maka Pueskesmas itu melakukan pelanggaran. Sila laporkan dinas terkait di Kabupaten/Kecamatan terdekat.
Masalah pendidikan, kesejahteraan, dan kesehatan di Indonesia itu adlh tingginya ketimpangan antar daerah. Di suatu daerah bisa saja ada satu Puskesmas yg lengkap pelayanannya. Tapi di tempat lain, fasilitasnya mengenaskan. Pelayanan dokternya busuk, obatnya kadaluarsa.
Pas ketemu fasilitas kesehatan yg kacau, orang jadi hilang minat untk periksa. Takut nggak ditangani dgn benar lah, takut kurang bisa jaga privasi lah. Khawatir ni itu. Kalau aku sih selalu khawatir saat ke poli gigi Puskesmas. Menurut pengalaman, biasanya alat kesehatannya masih bau mulut orang lain walau sekilas tampak sangat bersih. Awalnya aku ingin menyalahkan Puskesmas. Wajar aja bau karena bayarnya murah. Tapi, suatu ketika aku periksa gigi ke Rumah Sakit dan ke dokter Gigi yg buka praktek di rumah. Ternyata bau juga.
Mestinya pelayanan itu tak ditentukan karena harga. Ini menyangkut integritas tenaga kesehatan di tempat masing-masing. Masalah kesehatan itu dekat dgn masalah kemanusiaan. Masak iya, kemanusiaan tergantung bayarnya berapa. Kalaupun itu realitas yg terjadi, sayang sekali jika terus dilenggangkan.
Untuk orang sepertiku yg sering kena Panic Attack tiap kali ke Rumah Sakit dan di alam bawah sadarku yg oknyol takut hantu-hantu yg gentayangan di sana, Puskesmas sih cocok. Walau beberapa kali komplain sama pelayanannya, bukan berarti aku jadi membenci. Toh RS negeri dan swasta yg bayar mahal pun jg sering salah-salah pelayanannya. Jadi ya nggak sampe bikin kapok untk periksa ke sana.
Dengan adanya Puskesmas, semua orang bisa berobat. Kalau pakai BPJS / kartu-kartu lainnya, biasanya perlu rujukan ke fasilitas kesehatan Tingkat I. Ya Puskesmas itu salah satunya.
Tentu saja tak optimal. Tentu saja masih ada kekacauan di sana sini dibanding Rumah Sakit. Tapi, adanya Puskesmas itu udah lumayan banget. Menjangkau sampai ke pelosok desa. Asal administrasi kenegaraan kita beres, hampir semua orang bisa periksa. Gampang banget cara manfaatin fasilitas kesehatan itu. Karena mestinya, Puskesmas adlh Kita.
Aku sih gitu ya, nggak tau kalau mas Anang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "[Cerita] Puskesmas adalah Kita "
Post a Comment