serliblog.blogspot.com - APOKKRAITCerpen>
Cerpen Karya Tufail Syihabulloh Athur
Teater, itulah kata singkat yg berunsur banyak. Dari mulai sebuah senyuman, gelak tawa, sedih, marah, / bingung semua dijabarkan didalamnya. Ketika sebuah nama tercantum dan bermain peran. Ketika sebuah kata terlantun dan menggema. Dan ketika wajah muda menjadi tua kala debu riasan melekat di wajahnya. Pada akhirnya, semua itu menjadi sebuah penampilan yg memukau. Bahkan menghasilkan ribuan tangan menepuk. Ribuan wajah takjub. Dan akhirnya sebuah kepuasan menjadi puncaknya.
Ada sesuatu yg begitu berkaitan dgn teater. Begitu melekat dgn teater. Bisa dibilang, ni adlh istri dari si teater. yg memberikan dukungan dan menentukan keberhasilan dari sebuah teater. Sesuatu itu adlh Naskah. Yaitu suatu unsur yg didalamnya terdapat begitu banyak penyusun. Dimulai dari kata, kalimat, paragraf, dan akhirnya tersusunlah sebuah Naskah drama. Dan naskah inilah yg menentukan bagaimana para pemain melakoni perannya. Dan alur yg akan terjadi dlm teater tercantum didalamnya.
Begitu pula pd kehidupan. Jika kita tau, sebenarnya hidup kita berdasarkan pd sebuah naskah. Cinta, kebahagiaan, kesedihan, kasih sayang, dan yg lainnya semua dicantumkan didalam naskah yg dibuat tuhan. Dan kita sebagai mahluk tuhan lah yg menjadi pelakon dari tiap perannya.
Pagi yg indah di bulan September. Ketika mentari dgn gagahnya mulai memanjati langit biru. Memberikan hangat yg manis pd tiap insan. Dan memberikan semangat dan senyum untk tiap aktifitas dan langkah mereka.
Fail, sudah siang nak....sudah waktunya sekolah..!!! suara wanita cantik yg amat kucintai melantun dan membangunkanku. Seolah suara itu menarik selimutku dan menjadikanku terjaga di pagi yg cukup hangat itu.
Iya ibu aku bangun dgn sedikit gontai aku mulai melangkah menyusuri tiap ruang untk menuju ke kamar mandi.
Kuambil air yg dingin itu lalu kubasuhkan perlahan. Seiring dgn itu hatiku bergumam. Mungkin air mata yg mustahil tengah dia teteskan. Kala dia tau betapa rendah dan kecilnya tubuh yg meragainya ini. Dan kala dia tau ada zat yg begitu besar menatapnya dari tempat yg jauh disana.
Jam menunjukan pukul 6 tepat ketika aku telah siap menuju tempat yg disebut sebagai sumber ilmu.
Ibu aku pergi dulu ya kukecup tangan tua wanita cantik itu. Dan dgn tangan lembutnya dia mengelus rambutku.
Hati hati ya...belajar yg giat..!!! wanita itu tersenyum kala aku melangkah. Mungkin peluh peluh yg telah dia teteskan telah berubah bentuk. Menjadi tetesan harapan yg kini berada di pundakku. Dan menjadi sayap membangunkanku kala ku mulai lelah dan terjatuh.
SMAN 1 CIPONGKOR itulah sebaris kalimat yg terukur diatas sebuah tugu yg berdiri kokoh. Dengan motif indahnya tugu itu mengucapkan selamat datang pd tiap insan yg memasukinya.
Hai rif... sebuah suara menyapaku dari belakang.
Suara itu berasal dari bibir temanku Diki. Dia tepat berada didepanku kala kulihat sumber suara itu.
Oh ...hai dik, mau ke kelas sekarang...??
Emm, tadinya aku mau nunggu di sih, tpi kayaknya dia bakal lama deh
Oh, kalau gitu kekelas sekarang aja...
Emm, iya deh ayo..
Berbarengan kami menuju ke kelas. Kelas yg berisi orang orang cerdas dgn keanehan keanehan yg mereka miliki.
180 menit belalu sudah. Setiap detik yg berlalu didalamnya begitu berarti. Karna didalam tiap detik itu kata perkata orang berirlmu telah terlantun. Merambat melalui udara lalu bertamu di otakku. Mengalir di tiap jengkal saraf lalu mengetuk pintu otak. Lalu tinggal disana untk kugunakan kelak.
Kakak sebuah suara mengagetkanku. Suara itu berasal dari bibir kekasih sahabatku.
Oh...hai Dwi, padahal gak usah ngagetin gitu kali jantungku berdetak lebih cepat kali ini.
‘’ He he..maaf kak, eh kak Dikinya ada...???
Emm, ada mungkin, coba liat aja ke dalem
Eh...nanti aja ah malu sekarang aku mau kekantin dulu laper...kakak mau ikut...!!! dgn senyum manisnya gadis yg sudah seperti adikku itu mengajakku pergi.
Emm, boleh deh...kakak jg laper
Berbarengan kami menuju kekantin. Dengan sedikit gurauan gadis itu langkah kami menuju ke tempat pengisi ulang tenaga terasa lebih singkat. Dan akhirnya sampailah kami.
Kakak mau pesan apa..? gadis kecil itu mengeluarkan beberapa lembar uang 10 ribu lalu menghitungnya.
Emang kamu mau neraktir kakak...sok sok an ngeluarin uang banyak sembari menjulurkan lidah aku menanggapi tingkah kocak gadis itu.
Hmmm enggak...ha ha ha dia kembali memasukan uangnya kedalam saku.
Hmmm...dasar aku beranjak dari tempatku lalu mengambil sebuah mangkuk kosong serta sendok dan garpu. Seperti biasa tiap istirahat aku selalu melahap makanan faforitku yaitu mie goreng.
14 jam berlalu sudah. Sepertinya hari ni tak ada sesuatu yg menantang yg harus kuhadapi. Tak ada rasa sakit, pertengkaran, kesedihan, / apapun yg menjadi bumbu dlm kisah hidup manusia belum tampak hari ini. Tapi mungkin esok akan datang. Mungkin satu minggu yg akan datang. Atau mungkin beberapa bulan dan tahun yg akan datang.yang pasti aku akan selalu mencoba untk menghadapinya. Untuk keputusan dan hasil yg akan terjadi nanti, itu tergantung naskah yg tuhan berikan untukku.
Capuccino manis yg mengepul terpaku dihadapanku. Kepulan asapnya seolah melambai dan mengajakku untk mereguk manis tubuhnya yg coklat. Menghabiskannya, lalu bersandar sembari bersantai di waktu yg indah itu.
Waktu menunjukan pukul 8 malam kala kulirik arloji yg memeluk tanganku. Salahsatu waktu yg paling kusukai diantara waktu waktu indah yg kusukai. Karna di waktu yg indah ni aku mencairkan segalah penat dan masalah yg kian mengguyur tubuhku. Berbicara pd manik manik langit yg indah. Bersantai bersama keheningan dan cahaya redup. Juga bersenandung bersama lagu lagu romantis faforitku.
tinut...tinut...tinut... dgn perlahan dan sedikit getaran ponsel mungilku bertingkah. Biasanya nada kecil itu menandakan bahwa ada pesan yg masuk ke tubuhnya. Dan rupanya benar saja, satu pesan masuk tertera didalamnya. Dengan identitas yg entah siapa dan nomor yg entah milik siapa.
Malam kak sebaris kata singkat tertulis kala kubuka pesan itu. Pesan dari siapa...??. Wanita / laki laki ?. niat baik / niat buruk ?. sepersekian menit berlalu begitu banyak pertanyaan sudah muncul di otakku. Beberapa pertanyaan muncul karana ada sedikit rasa senang yg mekar. Dan beberapa pertanyaan lainnya muncul kala kewaspadaan pd hal buruk jg tumbuh.
Malam juga...siapa ? pesan sapaan yg dia berikan kutimpali dgn pertanyaan. Bukan pertanyaan yg sulit seperti Fisika dan Matematika. Tapi pertanyaan yg akan diberikan tiap orang kala ingin mengetahui lawan bicaranya.
Ini fatriani kak..kakak lagi apa ? satu pesan kembali masuk. Tapi bedanya kali ni berisi penjelasan dan pertanyaan. Pernyataan bahwa dia adlh fitriani. Dan pertanyaan tentang kegiatan apa yg kulakukan.
Oh Fitriani...anak kelas sepuluh satu ya...lagi mencari ketenangan...he he.. kubalas pesannya dgn sedikit bumbu senyuman. Jika aku mengingat kebelakan sepertinya aku mengenal gadis bernama Fitriani ini. Seorang gadis cantik dgn perangai yg baik pula. Kalau tak salah jg gadis ni pernah memberiku sepucuk surat cinta pd masa orientasi. Hanya saja mungkin aku jarang bertemu dgn gadis ni sehingga agak samar untk mengingatnya.
Satu malam telah berlalu. Dengan diwarnai sedikit gurauan dan senyuman malam yg telah berlalu itu terasa lebih singkat. Yang biasanya aku hanya melewati malam dlm hening dan diam. Malam itu terasa lebih berwarna. Semua itu berkat kehadiran gadis kecil bernama Fitriani yg singgah dlm detik detik malam itu. Dan membantuku menghabiskan malam dgn bumbu senyuman.
Gelas yg semalam terpaku dihadapanku masih terisi capucino manis. Tapi bedanya kali ni tak ada kepulan asap yg menandakan kehangatannya. Selain itu volume benda itu pun sudah berubah drastis. Hanya sepertiga tubuhnya yg masih terdiam didalam gelas. Suatu hal yg tak biasa terjadi dlm malam yg biasa kulewati. Karna biasanya capucino itu selalu habis kala kutenangkan diri dlm tiap malam yg berlalu.
Hari ni hari minggu. Hari yg menurut orang orang adlh hari yg paling bahagia dlm 7 hari yg telah berlalu. Karna mungkin dihari ni semua masalah dan segala yg dipermasalahkan dpt tercurahkan. Namun, mungkin persepsi mereka itu berbeda denganku. Menurutku hari minggu adlh hari yg paling membosankan sekaligus hari yg paling melelahkan dibandingkan 6 hari lannya. Bayangkan saja, dihari yg menurut orang lain adlh akhir pekan ni aku harus mengerjakan hampir setengah dari pekerjaan rumah. Ditambah lagi di hari ni aku harus latihan silat, kumpul PIKR, mengerjakan tugas sekolah, dan masih banyak lagi. Dan itu mengapa persepsiku akan hari minggu memang berbeda dari orang lain.
Kubuka lembaran buku yg terhampar dihadapanku. Buku dgn jilid hitam dan kertas putih berbaris rapih didalamnya. Jika orang lain bertanya siapa aku, aku akan menjawab inilah aku. Seorang anak remaja dgn berbagai aktivitasnya. Dan salahsatunya adlh kegiatanku yg bercita cita sebagai seorang penulis.
Menurutku menulis itu adlh kegiatan yg begitu menyenangkan. Ketika menulis aku dpt mencurahkan permasalahan dan kebahagiaan dlm kertas. Dan melalui tinta pena hitam kugoreskan kata per kata yg menjadi penjabaran hidupku. Dengan menulis pula sepertinya aku merasa tenang. Seperti halnya kerbau dan burung pipit yg selalu bersama. Aku dan hobbyku ni tak beda dgn hal itu.
Tinut...tinut...tinut.. ponsel mungilku berbunyi perlahan. Ada sebuah pesan masuk tertera didalamnya. Isi pesannya adlh sebuah pemberitahuan dari organisasi PIKR. Di pemberitahuan itu tertera bahwa hari ni akan diadakan pertemuan pd pukul 10 tepat.
Huft...mengesalkan gumamku.
Di hari minggu yg seharusnya menjadi waktu bersantaiku.Yang terhampar hanyalah tugas dan tugas.
Kututup buku yg rencananya akan kugores dgn tinta. Dengan sedikit tingkah kesal aku beranjak dari tempatku terduduk lalu menuju ke kamar mandi.
Brrrrrrr...dingin rasa dingin yg amat sangat menyengatku kala kusentuh air yg menggenang didalam ember.
Ibu, aku mau mandi pake air anget ya dgn nada yg sedikit membujuk aku meminta penawaran pd ibuku.
Air anget...?..hey anak muda itu jangan banyak mandi pake air anget, nanti bisa cepet tua, lagian itu bukan air es kan, mandi pake air itu aja.!! tuturnya panjang lebar.
Iya bu iya dgn tingkah yg sedikit lesu kututup pintu kamar mandi. Mau tak mau dipagi yg dingin ni aku harus mandi dgn air dingin pula.
Biru itulah kata dan arti warna yg tepat kala kutatap bentang biru langit yg indah. Dengan kapas kapas putih yg menggelantung di hamparannya langit pagi itu tampak begitu menenangkan. Diiringi puluhan paruh burung yg dgn merdunya bekicau Langkah kaki ni teras begitu ringan. Seperti kapas yg terbawa angin langkah kaki itu terus menderap di panjangnya aspal yg terbentang.
Huft...gak ada angkot lagi gumamku sembari menggaruk rambut berombakku. Dihari minggu yg melelahkan ni aku harus dihadapkan pd kondisi yg mengesalkan pula. Bagaimana tidak...? . sudah hampir 30 menit berlalu tapi tak ada satupun mobil angkot yg berlalu.
Tiit tiit sebuah suara klakson motor mengagetkanku. Rupanya suara itu berasal dari motor matic milik temanku Diki.
Bareng rif dia berhenti tepat disampingku.
Huft untung ada kamu, aku udah hampir putus asa gak ada angkot sembari bergumam aku naik keatas motornya.
Memang bisa dikatakan agak mujur jg sih. Disaat aku tengah putus asa. Masih ada jg pertolongan yg datang.
Setelah kurang lebih 2 jam berlalu akhirnya sampailah kami di tempat tujuan.
Maaf kami terlambat sembari menggoreskan senyum malu dibibir dan warna merah di wajah kami masuk ke dlm ruangan. Yani yg saat itu tengah menjadi moderator seketika mengubah wajah cantiknya menjadi marah tapi mengundang tawa.
Hmm makanya lain kali pake jam besi jangan jam karet
He he maaf sembari tersenyum dan membungkuk kami masuk
Awwww terdengar suara seorang yg menjerit. Rupanya suara itu berasal dari gadis yg berada disampingku. Rupanya kaki gadis itu terinjak olehku.
Aduh maaf...maaf tadi kakak gak lihat, maaf ya sembari agak malu aku duduk dihadapannya.
Iya kak gak apa apa kok
Ada yg sakit gak...?
Emm, lumayan kak...tapi gak apa apa kok
Sekali lagi maaf ya
Iya kak gak apa apa kok
Dengan dibebani rasa malu yg ganda aku menuju kesudut ruangan. Malu karna terlambat dan malu karna menginjak salah satu gadis diruangan itu sudah cukup membembaniku.
Dua jam berlalu sudah. Dalam dua jam tersebut kami telah berbagi dan memikirkan banyak hal. Sesuatu yg telah menjadi hal biasa dlm organisasi ini.
Baiklah kawan kawan sepertinya pertemuan kali ni dicukupkan sekian. Semoga bermanfaat, selamat bertemu minggu depan ya. Tutur yani panjang lebar manutup pertemuan itu.
Arloji di tanganku tengah menunjukan pukul 12 seperempat. Waktu dimana kebanyakan orang mengistirahatkan tubuh dan meneduhkan diri mereka dari teriknya mentari siang. Sayangnya nasibku berbeda dgn mereka. Aku malah duduk terdiam diantar hawa panas minggu siang. Memang cukup malang nasibku.
Sebuah bangku panjang yg kududuki, lima buah vas bunga, dan sebuah sapu yg bersandar tengah tenang dan terdiam. Diwaktu yg sepi ni hanya benda benda itu yg menemaniku. Walau mungkin sebenarnya aku tak bisa berkomunikasi dgn mereka. Tapi minimal, aku tak terlalu sendiri di moment yg membosankan ini. Senua temanku telah pulang beberapa waktu yg lalu. Tak ada satupun manusia sejauh mata memandang.dan saat ni aku hanya terdiam bersama benda benda mati itu.
Hai kak.. sebiah suara mengagetkanku.
Eh firtiani, belum pulang..? dgn nada seorang yg kaget aku menjawab sapaannya.
Belum kak, nungguin angkot dulu
Oh emang tadi kamu darimana, kok kakak gak lihat kamu
He he baru aja bicara sama temen temen
Emang belum pd pulang ?
Belum, mereka terus ada disini kok
Emmm gitu ya wajahku menggoreskan tanda kebingungan. Tepatnya saat ni aku tengah merasa aneh. Seingatku aku tak melihat satupun manusia disekitar sini. Tapi kok Fitriani bilang kalau teman temannya selalu ada disini.
Hiii bulu kudukku sedikit berdiri kala kupikirkan hal itu.
Kenapa kak Fitriani yg tepat berada disampingku merasa aneh pd gelagat yg tiba tiba kumunculkan.
E.. e emm, gak apa apa kok, Cuma tadi ada ulet jawabku
Apa...ulet ?.. mana ulet, mana ulet. wajahnya yg semula tenang seketika berubah layaknya riuh air sungai. Dengan sigap dia langsung memeluk orang berada paling dekat dengannya saat ini, yaitu aku.
Udah gak ada kok...udah kakak buang kok sembari sedikit tersenyum aku memberikan alasan yg sebenarnya tak terjadi.
Oh maaf kak wajahnya seketika memerah. perlahan lahan dia melepaskan pelukan eratnya tadi.
Emm, kenapa harus minta maaf, kakak jg sama kok takut sama ulet
Bukan karna itu kak
Trus kenapa...?
Tadi aku meluk kakak, maaf ya
Hmm, oh itu...gak apa apa kok, kakak tau rasanya pas lagi takut
Oh...kakak gak marah..?
Enggak kok gak apa apa
Makasih kak kalau gitu wajahnya yg semula merah kini tersenyum kembali. Dengan jarak yg sedekat ni wajah cantiknya semakin tampak. Bola matanya yg indah layaknya rembulan dimalam hari. Rambut terurainya yg panjang begitu menambah kecantikannya. Bibirnya yg tipis tampak mengkilap dan menggoda. Dan semua itu terangkum dlm wajah indah gadis itu.
Kak suara Fitri membuyarkan lamunanku
Iya jawabku dgn mimik wajah yg kaget.
Kakak gak dingin...?
Dingin, dingin kenapa..?
Sekarang itu gerimis kakak sembari membentangkan tangannya dia menunjukan bahwa kini tengah hujan.
Hah gerimis ? kutatap langit yg semulanya biru, dan rupanya benar saja. Rintik rintik mungil air mata langit secara perlahan menghunjam bumi. Dan sebagian dari mereka kini mendarat di tubuhku.
Eh iya ya...kok gak kerasa rupanya lamunanku tadi telah membuatku tak sadar akan apa yg terjadi.
Hmmm kakak ngelamun terus sih
He he iya...kamu pake jaket kakak ya kulepaskan jaket hitam yg kini kugunakan.
Ah enggak kak gak usah
Hey jangan gitu, kamu tuh cewek, nanti sakit paksaku
Tapi kak
Gak ada tapi tapi, harus dipakai, lagian gak ada tempat neduh, nanti kamu kedinginan kupakaikan jaket hitamku itu ke tubuhnya.
Emm, makasih kak
Iya sama sama
Emm, kakak kenapa belum pulang ?
Gak ada angkot, jadi nunggun dulu
Oh, sama dong
Melihat apa yg terjadi saat ni aku teringat pd episode dlm sebuah film yg pernah kutonton. Episode dimana ketika sepasang kekasih tengah terdiam diantara ribuan air mata langit yg menderai. Tubuh mereka saling menghangatkan satu sama lain dgn sebuah pelukan. Dan tatapan mereka begitu dlm dan menyejukkan. Namun, antara episode dlm film yg pernah kutonton terdapat perbedaan. Yaitu aku dan gadis yg berada disampingku saat ni tak memiliki hubungan apapun.
Derai hujan yg semula hanya berupa rintik rintik kecil kini mulai deras. Yang mungkin semula hanya ribuan tetes kini menggandakan dirinya. Menjadi milyaran tetes yg dgn ganas menghunjam tiap benda yg terdiam diatas hamparan tanah bumi. Dan salah satu dari benda benda itu adlh kami. Dua orang yg tengah menunggu tapi apa yg mereka tunggu tak kunjung datang.
Kulirik gadis yg kini tengah berada di sampingku. Tampak olehku dia mendekap erat tubuhnya. Bibir manis indahnya tampak menggigil. Beberapa hal yg membuktikan bahwa dia kini tengah diselubungi rasa dingin.
Kamu dingin tanyaku basa basi
E e enggak kak dgn bibirnya yg menggigil jawabannya menjadi terbata.
Hmm, bohong banget, udah ayo kita cari tempat neduh kutarik lengannya yg terasa dingin itu untk segera beranjak.
Dengan langkah kecil kami beranjak dari tempat itu. Menyusuri jalan yg begitu panjang dan basah. Mencari tempat dimana kami dpt meneduhkan diri dari guyuran hujan dan dinginnya hembusan angin ini.
Tak berapa lama berselang akhirnya sampai lah kami disebuah toko buku yg tutup. Tak tampak satupun manusia yg meneduhkan diri di tempat itu. Hanya beberapa ekor kucing yg sepertinya tengah terjebak derainya air hujan.
Kita berteduh disana aja yuk..!! ajakku
Fitriani hanya mengangguk. Mungkin rasa dinginnya teramat sangat sehingga sulit baginya untk berucap. Wajahnya yg semula cantik kini tampak pasi. Bibir merahnya kini tampak abu. Terdengar pula giginya yg sedikit bergemeretak. Melihat kondisinya yg seperti itu tiba tiba muncul rasa iba yg amat sangat dlm hatiku. Tanpa pikir panjang kutarik lengan yg dia dekapkan di tubuhnya. Perlahan lahan kulingkarkan lennganku di tubuhnya. Kurapatkan pula tubuhku ni padanya.
Kakak dgn rasa kaget tapi perlahan dia mencoba melepaskan pelukanku, tapi kutahan.
Fitri, kakak bukan mau niat jahat sama kamu...kakak Cuma gak mau liat kamu kedinginan, jadi tolong kamu diam dan hargai niat kakak jelasku.
Mendengar penjelasanku itu dia terdiam. Dia tak lagi mencoba melepaskan pelukanku. Perlahan lahan lengannya merangkul. Tubuhnya terasa semakin merapat dan merapat. Menjadikan tiap detik yg berlalu terasa begitu cepat. Deras air hujan tak lagi terhiraukan. Yang ada hanyalah sebuah kehangatan. Dan pelukan yg menghangatkan.
Air mata langit tak hentinya mengguyur. Teriring kawannya sang angin dingin mereka begitu selaras menciptakan suasana yg khas. Yang mengandung basah dan dingin dlm satu moment. Dan menjadikan tiap mahluk bernyawa merasakannya.
Kamu udah baikan ? tanyaku perlahan.
Udah kak, makasih dgn nada yg lemas dia sedikit tersenyum.
Kamu kayaknya sakit ya ?
Enggak kok kak, Cuma agak lemes aja aja
Hmm, itu berarti kamu lagi sakit
Emm, eng......... kata katanya terputus
Suasana begitu sunyi. Seolah tak satupun suara tercipta di dunia ini. Detak jantung terasa begitu cepat, kala alat pelisan kami saling beradu. Otot terkuat manusia saling menyatu dan bersatu. Dan tetesan pelumat tertukar dan menukarkan.
Bibirku terasa basah. Terasa manis yg terkhayal. Terasa lembut dan nyaman. Dan menjadikanku seakan tak ingin melepaskan hangat bibir manisnya. Yang menjadi sebuah kecupan indah yg menghangatkan.
Ayah suara manis gadis kecil mengagetkanku
iya sayang, gak uasah ngagetin gitu dong sayang kupeluk tubuh mungil buah hatiku itu
Maaf ayah, tapi ayah janji sama aku kan
Janji apa ya ayah lupa ?
hmmm, ayah ni gimana, ayah kan janji mau ngajak aku ke makam ibu gadis itu mengubah wajah cantinya menjadi kecut tapi lucu.
he he iya deh sayang, papah inget kok, kamu siap siap dulu ya
yeee asyik, oke ayah, aku siap siap dulu ya gadis cilik itu beranjak dari pangkuanku lalu berlari pergi.
Bayangan yg indah. Terasa seolah bayang bayang itu begitu nyata. Kala aku tengah bersama orang yg kucintai. Dan kala tubuhku masih dpt berlari mengejar angin. Namun, kini aku tengah tua. Bukan seorang Rifail yg dulu bersemangat. Kini aku telah menjadi seorang pemeran dari naskah tuhan yg telah tua. Tapi masih berperan dlm naskah yg tuhan ciptakan untukku.
TAMAT
PROFIL PENULIS Nama : Tufail
TTL : Bandung, 13 12 1995
email : tufail_syh@ymail.com
FB : tufail syihabulloh athur
Cerpen Karya Tufail Syihabulloh Athur
Teater, itulah kata singkat yg berunsur banyak. Dari mulai sebuah senyuman, gelak tawa, sedih, marah, / bingung semua dijabarkan didalamnya. Ketika sebuah nama tercantum dan bermain peran. Ketika sebuah kata terlantun dan menggema. Dan ketika wajah muda menjadi tua kala debu riasan melekat di wajahnya. Pada akhirnya, semua itu menjadi sebuah penampilan yg memukau. Bahkan menghasilkan ribuan tangan menepuk. Ribuan wajah takjub. Dan akhirnya sebuah kepuasan menjadi puncaknya.
Ada sesuatu yg begitu berkaitan dgn teater. Begitu melekat dgn teater. Bisa dibilang, ni adlh istri dari si teater. yg memberikan dukungan dan menentukan keberhasilan dari sebuah teater. Sesuatu itu adlh Naskah. Yaitu suatu unsur yg didalamnya terdapat begitu banyak penyusun. Dimulai dari kata, kalimat, paragraf, dan akhirnya tersusunlah sebuah Naskah drama. Dan naskah inilah yg menentukan bagaimana para pemain melakoni perannya. Dan alur yg akan terjadi dlm teater tercantum didalamnya.
Begitu pula pd kehidupan. Jika kita tau, sebenarnya hidup kita berdasarkan pd sebuah naskah. Cinta, kebahagiaan, kesedihan, kasih sayang, dan yg lainnya semua dicantumkan didalam naskah yg dibuat tuhan. Dan kita sebagai mahluk tuhan lah yg menjadi pelakon dari tiap perannya.
Pagi yg indah di bulan September. Ketika mentari dgn gagahnya mulai memanjati langit biru. Memberikan hangat yg manis pd tiap insan. Dan memberikan semangat dan senyum untk tiap aktifitas dan langkah mereka.
Fail, sudah siang nak....sudah waktunya sekolah..!!! suara wanita cantik yg amat kucintai melantun dan membangunkanku. Seolah suara itu menarik selimutku dan menjadikanku terjaga di pagi yg cukup hangat itu.
Iya ibu aku bangun dgn sedikit gontai aku mulai melangkah menyusuri tiap ruang untk menuju ke kamar mandi.
Kuambil air yg dingin itu lalu kubasuhkan perlahan. Seiring dgn itu hatiku bergumam. Mungkin air mata yg mustahil tengah dia teteskan. Kala dia tau betapa rendah dan kecilnya tubuh yg meragainya ini. Dan kala dia tau ada zat yg begitu besar menatapnya dari tempat yg jauh disana.
Jam menunjukan pukul 6 tepat ketika aku telah siap menuju tempat yg disebut sebagai sumber ilmu.
Ibu aku pergi dulu ya kukecup tangan tua wanita cantik itu. Dan dgn tangan lembutnya dia mengelus rambutku.
Hati hati ya...belajar yg giat..!!! wanita itu tersenyum kala aku melangkah. Mungkin peluh peluh yg telah dia teteskan telah berubah bentuk. Menjadi tetesan harapan yg kini berada di pundakku. Dan menjadi sayap membangunkanku kala ku mulai lelah dan terjatuh.
SMAN 1 CIPONGKOR itulah sebaris kalimat yg terukur diatas sebuah tugu yg berdiri kokoh. Dengan motif indahnya tugu itu mengucapkan selamat datang pd tiap insan yg memasukinya.
Hai rif... sebuah suara menyapaku dari belakang.
Suara itu berasal dari bibir temanku Diki. Dia tepat berada didepanku kala kulihat sumber suara itu.
Oh ...hai dik, mau ke kelas sekarang...??
Emm, tadinya aku mau nunggu di sih, tpi kayaknya dia bakal lama deh
Oh, kalau gitu kekelas sekarang aja...
Emm, iya deh ayo..
Berbarengan kami menuju ke kelas. Kelas yg berisi orang orang cerdas dgn keanehan keanehan yg mereka miliki.
180 menit belalu sudah. Setiap detik yg berlalu didalamnya begitu berarti. Karna didalam tiap detik itu kata perkata orang berirlmu telah terlantun. Merambat melalui udara lalu bertamu di otakku. Mengalir di tiap jengkal saraf lalu mengetuk pintu otak. Lalu tinggal disana untk kugunakan kelak.
Kakak sebuah suara mengagetkanku. Suara itu berasal dari bibir kekasih sahabatku.
Oh...hai Dwi, padahal gak usah ngagetin gitu kali jantungku berdetak lebih cepat kali ini.
‘’ He he..maaf kak, eh kak Dikinya ada...???
Emm, ada mungkin, coba liat aja ke dalem
Eh...nanti aja ah malu sekarang aku mau kekantin dulu laper...kakak mau ikut...!!! dgn senyum manisnya gadis yg sudah seperti adikku itu mengajakku pergi.
Emm, boleh deh...kakak jg laper
Berbarengan kami menuju kekantin. Dengan sedikit gurauan gadis itu langkah kami menuju ke tempat pengisi ulang tenaga terasa lebih singkat. Dan akhirnya sampailah kami.
Kakak mau pesan apa..? gadis kecil itu mengeluarkan beberapa lembar uang 10 ribu lalu menghitungnya.
Emang kamu mau neraktir kakak...sok sok an ngeluarin uang banyak sembari menjulurkan lidah aku menanggapi tingkah kocak gadis itu.
Hmmm enggak...ha ha ha dia kembali memasukan uangnya kedalam saku.
Hmmm...dasar aku beranjak dari tempatku lalu mengambil sebuah mangkuk kosong serta sendok dan garpu. Seperti biasa tiap istirahat aku selalu melahap makanan faforitku yaitu mie goreng.
14 jam berlalu sudah. Sepertinya hari ni tak ada sesuatu yg menantang yg harus kuhadapi. Tak ada rasa sakit, pertengkaran, kesedihan, / apapun yg menjadi bumbu dlm kisah hidup manusia belum tampak hari ini. Tapi mungkin esok akan datang. Mungkin satu minggu yg akan datang. Atau mungkin beberapa bulan dan tahun yg akan datang.yang pasti aku akan selalu mencoba untk menghadapinya. Untuk keputusan dan hasil yg akan terjadi nanti, itu tergantung naskah yg tuhan berikan untukku.
Capuccino manis yg mengepul terpaku dihadapanku. Kepulan asapnya seolah melambai dan mengajakku untk mereguk manis tubuhnya yg coklat. Menghabiskannya, lalu bersandar sembari bersantai di waktu yg indah itu.
Waktu menunjukan pukul 8 malam kala kulirik arloji yg memeluk tanganku. Salahsatu waktu yg paling kusukai diantara waktu waktu indah yg kusukai. Karna di waktu yg indah ni aku mencairkan segalah penat dan masalah yg kian mengguyur tubuhku. Berbicara pd manik manik langit yg indah. Bersantai bersama keheningan dan cahaya redup. Juga bersenandung bersama lagu lagu romantis faforitku.
tinut...tinut...tinut... dgn perlahan dan sedikit getaran ponsel mungilku bertingkah. Biasanya nada kecil itu menandakan bahwa ada pesan yg masuk ke tubuhnya. Dan rupanya benar saja, satu pesan masuk tertera didalamnya. Dengan identitas yg entah siapa dan nomor yg entah milik siapa.
Malam kak sebaris kata singkat tertulis kala kubuka pesan itu. Pesan dari siapa...??. Wanita / laki laki ?. niat baik / niat buruk ?. sepersekian menit berlalu begitu banyak pertanyaan sudah muncul di otakku. Beberapa pertanyaan muncul karana ada sedikit rasa senang yg mekar. Dan beberapa pertanyaan lainnya muncul kala kewaspadaan pd hal buruk jg tumbuh.
Malam juga...siapa ? pesan sapaan yg dia berikan kutimpali dgn pertanyaan. Bukan pertanyaan yg sulit seperti Fisika dan Matematika. Tapi pertanyaan yg akan diberikan tiap orang kala ingin mengetahui lawan bicaranya.
Ini fatriani kak..kakak lagi apa ? satu pesan kembali masuk. Tapi bedanya kali ni berisi penjelasan dan pertanyaan. Pernyataan bahwa dia adlh fitriani. Dan pertanyaan tentang kegiatan apa yg kulakukan.
Oh Fitriani...anak kelas sepuluh satu ya...lagi mencari ketenangan...he he.. kubalas pesannya dgn sedikit bumbu senyuman. Jika aku mengingat kebelakan sepertinya aku mengenal gadis bernama Fitriani ini. Seorang gadis cantik dgn perangai yg baik pula. Kalau tak salah jg gadis ni pernah memberiku sepucuk surat cinta pd masa orientasi. Hanya saja mungkin aku jarang bertemu dgn gadis ni sehingga agak samar untk mengingatnya.
Satu malam telah berlalu. Dengan diwarnai sedikit gurauan dan senyuman malam yg telah berlalu itu terasa lebih singkat. Yang biasanya aku hanya melewati malam dlm hening dan diam. Malam itu terasa lebih berwarna. Semua itu berkat kehadiran gadis kecil bernama Fitriani yg singgah dlm detik detik malam itu. Dan membantuku menghabiskan malam dgn bumbu senyuman.
Gelas yg semalam terpaku dihadapanku masih terisi capucino manis. Tapi bedanya kali ni tak ada kepulan asap yg menandakan kehangatannya. Selain itu volume benda itu pun sudah berubah drastis. Hanya sepertiga tubuhnya yg masih terdiam didalam gelas. Suatu hal yg tak biasa terjadi dlm malam yg biasa kulewati. Karna biasanya capucino itu selalu habis kala kutenangkan diri dlm tiap malam yg berlalu.
Hari ni hari minggu. Hari yg menurut orang orang adlh hari yg paling bahagia dlm 7 hari yg telah berlalu. Karna mungkin dihari ni semua masalah dan segala yg dipermasalahkan dpt tercurahkan. Namun, mungkin persepsi mereka itu berbeda denganku. Menurutku hari minggu adlh hari yg paling membosankan sekaligus hari yg paling melelahkan dibandingkan 6 hari lannya. Bayangkan saja, dihari yg menurut orang lain adlh akhir pekan ni aku harus mengerjakan hampir setengah dari pekerjaan rumah. Ditambah lagi di hari ni aku harus latihan silat, kumpul PIKR, mengerjakan tugas sekolah, dan masih banyak lagi. Dan itu mengapa persepsiku akan hari minggu memang berbeda dari orang lain.
Kubuka lembaran buku yg terhampar dihadapanku. Buku dgn jilid hitam dan kertas putih berbaris rapih didalamnya. Jika orang lain bertanya siapa aku, aku akan menjawab inilah aku. Seorang anak remaja dgn berbagai aktivitasnya. Dan salahsatunya adlh kegiatanku yg bercita cita sebagai seorang penulis.
Menurutku menulis itu adlh kegiatan yg begitu menyenangkan. Ketika menulis aku dpt mencurahkan permasalahan dan kebahagiaan dlm kertas. Dan melalui tinta pena hitam kugoreskan kata per kata yg menjadi penjabaran hidupku. Dengan menulis pula sepertinya aku merasa tenang. Seperti halnya kerbau dan burung pipit yg selalu bersama. Aku dan hobbyku ni tak beda dgn hal itu.
Tinut...tinut...tinut.. ponsel mungilku berbunyi perlahan. Ada sebuah pesan masuk tertera didalamnya. Isi pesannya adlh sebuah pemberitahuan dari organisasi PIKR. Di pemberitahuan itu tertera bahwa hari ni akan diadakan pertemuan pd pukul 10 tepat.
Huft...mengesalkan gumamku.
Di hari minggu yg seharusnya menjadi waktu bersantaiku.Yang terhampar hanyalah tugas dan tugas.
Kututup buku yg rencananya akan kugores dgn tinta. Dengan sedikit tingkah kesal aku beranjak dari tempatku terduduk lalu menuju ke kamar mandi.
Brrrrrrr...dingin rasa dingin yg amat sangat menyengatku kala kusentuh air yg menggenang didalam ember.
Ibu, aku mau mandi pake air anget ya dgn nada yg sedikit membujuk aku meminta penawaran pd ibuku.
Air anget...?..hey anak muda itu jangan banyak mandi pake air anget, nanti bisa cepet tua, lagian itu bukan air es kan, mandi pake air itu aja.!! tuturnya panjang lebar.
Iya bu iya dgn tingkah yg sedikit lesu kututup pintu kamar mandi. Mau tak mau dipagi yg dingin ni aku harus mandi dgn air dingin pula.
Biru itulah kata dan arti warna yg tepat kala kutatap bentang biru langit yg indah. Dengan kapas kapas putih yg menggelantung di hamparannya langit pagi itu tampak begitu menenangkan. Diiringi puluhan paruh burung yg dgn merdunya bekicau Langkah kaki ni teras begitu ringan. Seperti kapas yg terbawa angin langkah kaki itu terus menderap di panjangnya aspal yg terbentang.
Huft...gak ada angkot lagi gumamku sembari menggaruk rambut berombakku. Dihari minggu yg melelahkan ni aku harus dihadapkan pd kondisi yg mengesalkan pula. Bagaimana tidak...? . sudah hampir 30 menit berlalu tapi tak ada satupun mobil angkot yg berlalu.
Tiit tiit sebuah suara klakson motor mengagetkanku. Rupanya suara itu berasal dari motor matic milik temanku Diki.
Bareng rif dia berhenti tepat disampingku.
Huft untung ada kamu, aku udah hampir putus asa gak ada angkot sembari bergumam aku naik keatas motornya.
Memang bisa dikatakan agak mujur jg sih. Disaat aku tengah putus asa. Masih ada jg pertolongan yg datang.
Setelah kurang lebih 2 jam berlalu akhirnya sampailah kami di tempat tujuan.
Maaf kami terlambat sembari menggoreskan senyum malu dibibir dan warna merah di wajah kami masuk ke dlm ruangan. Yani yg saat itu tengah menjadi moderator seketika mengubah wajah cantiknya menjadi marah tapi mengundang tawa.
Hmm makanya lain kali pake jam besi jangan jam karet
He he maaf sembari tersenyum dan membungkuk kami masuk
Awwww terdengar suara seorang yg menjerit. Rupanya suara itu berasal dari gadis yg berada disampingku. Rupanya kaki gadis itu terinjak olehku.
Aduh maaf...maaf tadi kakak gak lihat, maaf ya sembari agak malu aku duduk dihadapannya.
Iya kak gak apa apa kok
Ada yg sakit gak...?
Emm, lumayan kak...tapi gak apa apa kok
Sekali lagi maaf ya
Iya kak gak apa apa kok
Dengan dibebani rasa malu yg ganda aku menuju kesudut ruangan. Malu karna terlambat dan malu karna menginjak salah satu gadis diruangan itu sudah cukup membembaniku.
Dua jam berlalu sudah. Dalam dua jam tersebut kami telah berbagi dan memikirkan banyak hal. Sesuatu yg telah menjadi hal biasa dlm organisasi ini.
Baiklah kawan kawan sepertinya pertemuan kali ni dicukupkan sekian. Semoga bermanfaat, selamat bertemu minggu depan ya. Tutur yani panjang lebar manutup pertemuan itu.
Arloji di tanganku tengah menunjukan pukul 12 seperempat. Waktu dimana kebanyakan orang mengistirahatkan tubuh dan meneduhkan diri mereka dari teriknya mentari siang. Sayangnya nasibku berbeda dgn mereka. Aku malah duduk terdiam diantar hawa panas minggu siang. Memang cukup malang nasibku.
Sebuah bangku panjang yg kududuki, lima buah vas bunga, dan sebuah sapu yg bersandar tengah tenang dan terdiam. Diwaktu yg sepi ni hanya benda benda itu yg menemaniku. Walau mungkin sebenarnya aku tak bisa berkomunikasi dgn mereka. Tapi minimal, aku tak terlalu sendiri di moment yg membosankan ini. Senua temanku telah pulang beberapa waktu yg lalu. Tak ada satupun manusia sejauh mata memandang.dan saat ni aku hanya terdiam bersama benda benda mati itu.
Hai kak.. sebiah suara mengagetkanku.
Eh firtiani, belum pulang..? dgn nada seorang yg kaget aku menjawab sapaannya.
Belum kak, nungguin angkot dulu
Oh emang tadi kamu darimana, kok kakak gak lihat kamu
He he baru aja bicara sama temen temen
Emang belum pd pulang ?
Belum, mereka terus ada disini kok
Emmm gitu ya wajahku menggoreskan tanda kebingungan. Tepatnya saat ni aku tengah merasa aneh. Seingatku aku tak melihat satupun manusia disekitar sini. Tapi kok Fitriani bilang kalau teman temannya selalu ada disini.
Hiii bulu kudukku sedikit berdiri kala kupikirkan hal itu.
Kenapa kak Fitriani yg tepat berada disampingku merasa aneh pd gelagat yg tiba tiba kumunculkan.
E.. e emm, gak apa apa kok, Cuma tadi ada ulet jawabku
Apa...ulet ?.. mana ulet, mana ulet. wajahnya yg semula tenang seketika berubah layaknya riuh air sungai. Dengan sigap dia langsung memeluk orang berada paling dekat dengannya saat ini, yaitu aku.
Udah gak ada kok...udah kakak buang kok sembari sedikit tersenyum aku memberikan alasan yg sebenarnya tak terjadi.
Oh maaf kak wajahnya seketika memerah. perlahan lahan dia melepaskan pelukan eratnya tadi.
Emm, kenapa harus minta maaf, kakak jg sama kok takut sama ulet
Bukan karna itu kak
Trus kenapa...?
Tadi aku meluk kakak, maaf ya
Hmm, oh itu...gak apa apa kok, kakak tau rasanya pas lagi takut
Oh...kakak gak marah..?
Enggak kok gak apa apa
Makasih kak kalau gitu wajahnya yg semula merah kini tersenyum kembali. Dengan jarak yg sedekat ni wajah cantiknya semakin tampak. Bola matanya yg indah layaknya rembulan dimalam hari. Rambut terurainya yg panjang begitu menambah kecantikannya. Bibirnya yg tipis tampak mengkilap dan menggoda. Dan semua itu terangkum dlm wajah indah gadis itu.
Kak suara Fitri membuyarkan lamunanku
Iya jawabku dgn mimik wajah yg kaget.
Kakak gak dingin...?
Dingin, dingin kenapa..?
Sekarang itu gerimis kakak sembari membentangkan tangannya dia menunjukan bahwa kini tengah hujan.
Hah gerimis ? kutatap langit yg semulanya biru, dan rupanya benar saja. Rintik rintik mungil air mata langit secara perlahan menghunjam bumi. Dan sebagian dari mereka kini mendarat di tubuhku.
Eh iya ya...kok gak kerasa rupanya lamunanku tadi telah membuatku tak sadar akan apa yg terjadi.
Hmmm kakak ngelamun terus sih
He he iya...kamu pake jaket kakak ya kulepaskan jaket hitam yg kini kugunakan.
Ah enggak kak gak usah
Hey jangan gitu, kamu tuh cewek, nanti sakit paksaku
Tapi kak
Gak ada tapi tapi, harus dipakai, lagian gak ada tempat neduh, nanti kamu kedinginan kupakaikan jaket hitamku itu ke tubuhnya.
Emm, makasih kak
Iya sama sama
Emm, kakak kenapa belum pulang ?
Gak ada angkot, jadi nunggun dulu
Oh, sama dong
Melihat apa yg terjadi saat ni aku teringat pd episode dlm sebuah film yg pernah kutonton. Episode dimana ketika sepasang kekasih tengah terdiam diantara ribuan air mata langit yg menderai. Tubuh mereka saling menghangatkan satu sama lain dgn sebuah pelukan. Dan tatapan mereka begitu dlm dan menyejukkan. Namun, antara episode dlm film yg pernah kutonton terdapat perbedaan. Yaitu aku dan gadis yg berada disampingku saat ni tak memiliki hubungan apapun.
Derai hujan yg semula hanya berupa rintik rintik kecil kini mulai deras. Yang mungkin semula hanya ribuan tetes kini menggandakan dirinya. Menjadi milyaran tetes yg dgn ganas menghunjam tiap benda yg terdiam diatas hamparan tanah bumi. Dan salah satu dari benda benda itu adlh kami. Dua orang yg tengah menunggu tapi apa yg mereka tunggu tak kunjung datang.
Kulirik gadis yg kini tengah berada di sampingku. Tampak olehku dia mendekap erat tubuhnya. Bibir manis indahnya tampak menggigil. Beberapa hal yg membuktikan bahwa dia kini tengah diselubungi rasa dingin.
Kamu dingin tanyaku basa basi
E e enggak kak dgn bibirnya yg menggigil jawabannya menjadi terbata.
Hmm, bohong banget, udah ayo kita cari tempat neduh kutarik lengannya yg terasa dingin itu untk segera beranjak.
Dengan langkah kecil kami beranjak dari tempat itu. Menyusuri jalan yg begitu panjang dan basah. Mencari tempat dimana kami dpt meneduhkan diri dari guyuran hujan dan dinginnya hembusan angin ini.
Tak berapa lama berselang akhirnya sampai lah kami disebuah toko buku yg tutup. Tak tampak satupun manusia yg meneduhkan diri di tempat itu. Hanya beberapa ekor kucing yg sepertinya tengah terjebak derainya air hujan.
Kita berteduh disana aja yuk..!! ajakku
Fitriani hanya mengangguk. Mungkin rasa dinginnya teramat sangat sehingga sulit baginya untk berucap. Wajahnya yg semula cantik kini tampak pasi. Bibir merahnya kini tampak abu. Terdengar pula giginya yg sedikit bergemeretak. Melihat kondisinya yg seperti itu tiba tiba muncul rasa iba yg amat sangat dlm hatiku. Tanpa pikir panjang kutarik lengan yg dia dekapkan di tubuhnya. Perlahan lahan kulingkarkan lennganku di tubuhnya. Kurapatkan pula tubuhku ni padanya.
Kakak dgn rasa kaget tapi perlahan dia mencoba melepaskan pelukanku, tapi kutahan.
Fitri, kakak bukan mau niat jahat sama kamu...kakak Cuma gak mau liat kamu kedinginan, jadi tolong kamu diam dan hargai niat kakak jelasku.
Mendengar penjelasanku itu dia terdiam. Dia tak lagi mencoba melepaskan pelukanku. Perlahan lahan lengannya merangkul. Tubuhnya terasa semakin merapat dan merapat. Menjadikan tiap detik yg berlalu terasa begitu cepat. Deras air hujan tak lagi terhiraukan. Yang ada hanyalah sebuah kehangatan. Dan pelukan yg menghangatkan.
Air mata langit tak hentinya mengguyur. Teriring kawannya sang angin dingin mereka begitu selaras menciptakan suasana yg khas. Yang mengandung basah dan dingin dlm satu moment. Dan menjadikan tiap mahluk bernyawa merasakannya.
Kamu udah baikan ? tanyaku perlahan.
Udah kak, makasih dgn nada yg lemas dia sedikit tersenyum.
Kamu kayaknya sakit ya ?
Enggak kok kak, Cuma agak lemes aja aja
Hmm, itu berarti kamu lagi sakit
Emm, eng......... kata katanya terputus
Suasana begitu sunyi. Seolah tak satupun suara tercipta di dunia ini. Detak jantung terasa begitu cepat, kala alat pelisan kami saling beradu. Otot terkuat manusia saling menyatu dan bersatu. Dan tetesan pelumat tertukar dan menukarkan.
Bibirku terasa basah. Terasa manis yg terkhayal. Terasa lembut dan nyaman. Dan menjadikanku seakan tak ingin melepaskan hangat bibir manisnya. Yang menjadi sebuah kecupan indah yg menghangatkan.
Ayah suara manis gadis kecil mengagetkanku
iya sayang, gak uasah ngagetin gitu dong sayang kupeluk tubuh mungil buah hatiku itu
Maaf ayah, tapi ayah janji sama aku kan
Janji apa ya ayah lupa ?
hmmm, ayah ni gimana, ayah kan janji mau ngajak aku ke makam ibu gadis itu mengubah wajah cantinya menjadi kecut tapi lucu.
he he iya deh sayang, papah inget kok, kamu siap siap dulu ya
yeee asyik, oke ayah, aku siap siap dulu ya gadis cilik itu beranjak dari pangkuanku lalu berlari pergi.
Bayangan yg indah. Terasa seolah bayang bayang itu begitu nyata. Kala aku tengah bersama orang yg kucintai. Dan kala tubuhku masih dpt berlari mengejar angin. Namun, kini aku tengah tua. Bukan seorang Rifail yg dulu bersemangat. Kini aku telah menjadi seorang pemeran dari naskah tuhan yg telah tua. Tapi masih berperan dlm naskah yg tuhan ciptakan untukku.
TAMAT
PROFIL PENULIS Nama : Tufail
TTL : Bandung, 13 12 1995
email : tufail_syh@ymail.com
FB : tufail syihabulloh athur
other source : http://lokerseni.web.id, http://bbc.co.uk, http://wikipedia.org
0 Response to "Apokkrait - Cerpen Cinta - Cerpen Cinta"
Post a Comment