serliblog.blogspot.com - ]لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللهِ إِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ[
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yg selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya; mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yg ada pd diri mereka sendiri. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yg dpt menolaknya; sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS ar-Ra’du [13]:11).
Makna Global
Manusia senantiasa dijaga oleh malaikat. Amal manusia dicatat oleh malaikat yg menyertainya, Raqib dan Atid. Karena semua amal manusia dicatat oleh malaikat dan manusia diberi pilihan, maka ketika seseorang / masyarakat berada dlm kondisi buruk, mereka diperintahkan untk melakukan perubahan. Begitu pula sebaliknya, kenikmatan yg diberikan oleh Allah Swt. akan berganti menjadi malapetaka jika mereka mengubahnya. Perubahan yg terjadi diinformasikan oleh Allah Swt. hanya akan terjadi jika dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, baik ke arah baik maupun ke arah buruk. Ketika suatu masyarakat hendak berubah maka masyarakat itu sendirilah yg harus memperjuangkan dan melakukan perubahan, bukan yg lain.
Di samping itu, bukan hanya mereka sendiri yg harus melakukan perubahan, apa yg harus diubah pun dijelaskan dlm ayat ini. Allah Yang Mahatahu menegaskan bahwa yg harus diubah itu adlh segala sesuatu yg terkait dgn apa yg hendak diubah tersebut dan yg meniscayakan terjadinya perubahan. Pangkal dari semua itu adlh pemahaman (mafâhim). Artinya, untk mengubah suatu keadaan harus dilakukan perubahan mafâhim.
Jika suatu masyarakat hendak mengubah sistem ekonomi kapitalis menjadi ekonomi Islam haruslah dilakukan perubahan pemahaman dlm diri mereka tentang kebobrokan ekonomi kapitalis sekaligus pemahaman tentang kewajiban menerapkan ekonomi Islam dan pemahaman tentang apa dan bagaimana sistem ekonomi Islam. Demikian jg untk mengubah masyarakat jahiliah menjadi masyarakat Islam; pemahaman jahiliah yg berkaitan dgn pemikiran, perasaan, dan sistem aturan sebagai pembentuk masyarakat harus diubah dan diganti menjadi pemahaman yg berdasarkan Islam.
Manusia adlh persoalan yg tak habis-habisnya untk didiskusikan. Persoalan filsafat yg paling mendasar saat ni adlh persoalan tentang manusia itu sendiri. Siapa manusia? Kapan dan mengapa dia ada? Bagaimana seharusnya manusia yg sempurna? Semua pertanyaan itu terus menjadi persoalan manusia yg dikaji dlm berbagai perspektif psikologis, sosiologis, biologis, dan kajian-kajian lainnya.
Dalam berbagai aliran psikologi, seperti psikoanalisa (klasik) Sigmund Freud, memandang perilaku manusia banyak dipengaruhi masa lalu, alam tak sadar, dorongan-dorongan biologis yg selalu menuntut kenikmatan untk segera dipenuhi. Dengan demikian tak heran bila psikonalisa menganggap hakikat manusia adlh buruk, liar, kejam, kelam, non etis, egois, sarat nafsu, dan berkiblat pd kenikmatan jasmani. Sementara aliran behavioral / perilaku menganggap manusia pd hakikatnya adlh netral, baik-buruknya perilaku terpengaruh dari pengaruh situasi dan perlakuan yg dialami. Lain halnya dgn aliran humanistik yg memiliki asumsi bahwa manusia pd dasarnya memiliki potensi-potensi yg baik, minimal lebih banyak baiknya dari pd buruknya dan karena itu aliran ni memandang menusia sebagai makhluk yg memiliki otoritas atas kehidupannya sendiri. Banyak hal yg membedakan antara konsepsi Islam dgn semua teori-teori psikologi. Islam dlm memandang manusia tak bersifat deterministik, sebagaimana aliran psikoanalisa, jg tak semata-mata membentuk kepribadian melalui lingkungan (behavioral), jg tak memberikan kebebasan sepenuhnya kepada manusia untk mengikuti seluruh keinginan pribadinya (humanistic). Akan tetapi Islam memberikan kemuliaan kepada manusia sebagai makhluk yg paling mulia, yaitu pengganti kedudukan Tuhan di muka bumi. Manusia jg memiliki bentuk yg terbaik dari seluruh makhluknya dan mempunyai kekuatan untk merubah sendiri kondisi dirinya. Berikut ni adlh beberapa ayat yg menjelaskan tentang ini.
1. Manusia Sebagai Khalifah.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (al-Baqarah: 30)
Manusia sebagai khalifah Allah fil ardhi menjadi wakil Tuhan di muka bumi, yg memegang mandat Tuhan untk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yg diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yg memungkinkan manusia mengelola serta mendayagunakan apa yg ada di bumi, untk kepentingan hidupnya. Dengan demikian hal ni berarti ia diberi kepercayaan untk mengelola bumi dan karenanya mesti mengetahui seluk-beluk bumi, / paling tak punya potensi untk mengetahuinya.
Kedudukan manusia sebagai khalifah / pengganti Allah di muka bumi dikritisi oleh malaikat karena mereka - manusia - mempunyai potensi untk membuat kerusakan di muka bumi. Akan tetapi Allah menegaskan bahwa malaikat belum mengetahui tentang manusia, lalu manusia menunujukkan kemampuannya untk menyebutkan nama-nama. Dengan kemampuan ini, yg berarti jg kemampuan untk berinisiatif, dgn demikian manusia tak hanya berpotensi merusak akan tetapi jg memiliki potensi untk berbuat kebaikan.
Kedudukan manusia sebagai khalifah Allah merupakan tanggungjawab moral manusia kepada Allah yg harus menjadi tantangan bagi manusia untk mewujudkan perannya untk menjadi penguasa di muka bumi dgn membawa misi Ilahi. Allah memberikan keistimewaan kepada manusia yg tak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu akal pikiran, dan kebebasan untk berkehendak. Semua penjelasan di atas, menjadi model kepercayaan diri bahwa ia merupakan makhluk yg paling istimewa dari seluruh makhluk lainnya dan akan mewujudkan tata sosial yg bermoral di atas dunia sesuai dgn tujuannya di dunia yaitu ibadah.
2.Manusia Sebagai Makhluk Terbaik.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dlm bentuk yg sebaik-baiknya. (at-Tin: 4)
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dlm bentuk makhluk yg paling sempurna dari segi bentuk dan rupanya. tiap manusia yg dilahirkan di bumi adlh makhluk terbaik di antara ratusan juta pesaing lainnya yg akan lahir ke muka bumi.
Setiap orang yg lahir ke muka bumi akan berjuang berlomba-lomba menghadapi ratusan juta pesaing lainnya untk sampai ke tempat tujuan (ke tuba faloppi / oviduk) untk dpt mencapai induk telur. Dengan tak kenal lelah mereka berenang beberapa milimeter untk melewati perjalanan yg penuh dgn mortalitas yg tinggi. Dalam perjalanan sperma menuju indung telur ni hanya beberapa ribu yg dpt menyelesaikan perjalanan dan dari ribuan ni hanya satu sperma yg akan berhasil memasuki telur dan membuahinya. jika manusia menyadari kejadian ni dgn memperhatikan dan mengambil ibroh dibalik kejadian tersebut, sudah seharusnya tiap individu merasa bangga akan dirinya dan memiliki kepercayaan diri karena merupakan makhluk terbaik dan terpilih di antara ratusan juta lainnya untk menjalankan amanah sebagai khalifah Allah.
Ayat berikut yg memerintahkan manusia untk memperhatikan proses penciptaan dgn menunjukkan tentang proses penciptaan manusia:
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ(5)خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ(6)يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yg terpancar, yg keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.(at-Thariq: 5-7)
Dalam menafsirkan ayat ini, Muhammad Abduh menafsirkan bahwa ia merupakan bukti kebenaran dlm ayat sebelumnya yg menyatakan bahwa manusia senantiasa dijaga dan diperhatikan oleh Allah. Hal ni mengingat bahwa "air yg memancar" adlh salah satu benda cair yg tak ada terlukis / terbentuk di dalamnya pelbagai peralatan yg mengandung fungsi kehidupan, seeperti yg aa dlm berbagai anggota tubuh. Namun, "cairan ini" ternyata dpt tumbuh menjadi suatu makhluk yg sempurna, yaitu manusia yg penuh dgn kehidupan, akal dan persepsi, serta memiliki potensi untk melaksanakan kekhalifahan di muka bumi. Pembentukan dan penentuan kadar masing-masing komponen yg ada padanya, serta penciptaaan pelbagai anggota tubuh yg di dalamnya ditanamkan potensi tertentu, sehingga dgn itu ia mampu melaksanakan fungsinya, kemudian ditambah lagi dgn akal serta daya persepsi: semua itu tak mungkin dibiarkan tanpa ada "penjaga" yg mengawasi serta mengaturnya yaitu Allah.
Atau ayat ni dpt bermakna sebagai penegas ayat sebelumnya: "apabila telah engkau ketahui bahwa tiap jiwa pasti ada pengawasnya maka wajib atas tiap manusia untk tak menelantarkan dirinya sendiri." Wajiblah ia berpikir tentang kejadian dirinya serta bagaimana awal mula kejadiannya. Agar ia dpt menyimpulkan bahwa Allah yg kuasa menciptakannya sejak pertama kali, pasti kuasa pula untk membangkitkannya lagi kelak. Kesadaran seperti itu akan mendorong dirinya untk melakukan amal-amal saleh dan berperilaku sebaik-baiknya, serta menjauhkan diri dari pelbagai jalan kejahatan. Sebab mata Sang Pengawas tak lengah sedikitpun. Kesadaran seperti inilah yg harus dimiliki oleh tiap individu untk mengetahui hakikat dirinya agar mampu melakukan tindakan sesuai apa yg diperintahkan oleh sang penciptanya.
3. Manusia Sebagai Makhluk Perubah
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"Sesungguhnya Allah tak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yg ada pd diri mereka sendiri. (ar-Ra'du:11)
Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa Allah tak akan merampas nikmatnya dari manusia meskipun ia melakukan maksiat. Ini dpt terjadi pd realitas empirik orang-orang yg tak beriman kepada Allah sukses dlm keduniawian. Sementara al-Qurtubi menjelaskan bahwa dlm ayat ni Allah tak akan merubah suatu kaum kecuali terdapat perubahan dlm diri mereka, / orang lain yg mengamati mereka, / sebagian dari kaum mereka. Ayat ni tak bermakna bahwa orang yg tak melakukan dosa tak akan mendapatkan musibah / azab karena tak pernah melakukan dosa. Sebagaimana Rasulullah bersabda: ketika ditanya apakah orang-orang yg saleh itu akan dimusnahkan? Jawabnya: benar, apabila banyak terjadi kerusakan dlm masyarakatnya semua ni menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi untk berubah menuju kebaikan / keburukan. Dominasi manusia yg memiliki nilai negatif terhadap orang-orang saleh yg tak mampu berbuat apa-apa akan berakibat semuanya terkena musibah / bencana yg melanda kaum tersebut.
Manusia Dituntut Untuk Berusaha
Nabi melarang para sahabat untk mendalami masalah takdir, beliau berkata:
وَإِذَا ذَكَرَ (أَصْحَابِي) اَلْقَدْرَ فَأَمْسِكُوْا -الطبراني-.
Jika sahabatku menyebut perkara takdir, maka hentikanlah mereka (membahas takdir)
Ada dua hal yg perlu kita bicarakan mengenai takdir Allah, yaitu:
Pertama: Takdir merupakan rahasia Allah.
Oleh karena itu tak satupun manusia dlm dunia ni yg mampu mengetahui jangka nyawanya / ajal kematiannya, di mana akan mati? (di kampung sendiri ataukah di luar kampung, di negara sendiri ataukah di luar negara), tatkala mati dlm keadaan apa?
Apakah kematiannya disebabkan oleh karena sakit, kecelakaan, / mati biasa. Begitu jg halnya dgn rezki yg diperoleh, berapa banyak jumlahnya?. Bahkan Rasulullah Saw tak sanggup menembusi hal-hal ghaib tersebut termasuk takdir ilahi. Disebutkan di dlm al-Qur’an:
قُل لاَّ أَقُولُ لَكُمْ عِندِي خَزَآئِنُ اللّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُونَ -الأنعام: 50-.
Katakanlah:Aku tak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tak (pula) aku mengetahui yg ghaib dan tak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku ni malaikat. Aku tak mengikuti kecuali apa yg telah diwahyukan kepadaku. Katakanlah:Apakah sama orang yg buta dgn orang yg melihat. Maka apakah kamu tak memikirkan(nya).
Kerahasiaan ni ditegaskan dlm firman Allah:
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ -الأنعام: 59-.
Dan pd sisi Allah-lah kunci-kunci semua yg ghaib; tak ada yg mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yg ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yg gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tak jatuh sebutir bijipun dlm kegelapan bumi dan tak sesuatu yg basah / yg kering, melaimkan tertulis dlm kitab yg nyata (Lauh Mahfuzh).
Dalam masalah ajal kematian, Allah telah menegaskan dlm firmanNya:
إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ -لقمان: 34-.
Sesungguhnya Allah, hanya pd sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yg ada dlm rahim.Dan tiada seorangpun yg dpt mengetahui (dengan pasti) apa yg akan diusahakannya besok.Dan tiada seorangpun yg dpt mengetahui di bumi mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kedua: Perubahan Takdir.
Kalau saya katakan bahwa takdir boleh berubah, kemungkinan besar banyak yg tak setuju dan merasa heran dan bertanya kok takdir boleh berubah? bukankah dlm riwayat penciptaan manusia, bahwa ketika masih dlm rahim ibu, tatkala usia kandungan telah mencapai umur 40 hari, Malaikat diperintahkan oleh Allah untk menulis catatan. Di antaranya adlh mengenai ajal, rezeqi dan kehidupan baik dan buruk. Bukankah ni takdir Allah yg sudah ditetapkan dan akan di bawa dlm kehidupan seseorang sesuai dgn ketentuan-ketentuan tersebut?.
Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kalau saya uraikan definisi Qada dan Qadar. Qada bermaksud pelaksanaan, hasil, buah (realisasi), Adapun qadar bermaksud sukatan (anggaran). Tapi dlm bahasa melayu kedua-duanya digabungkan menjadi satu yaitu istilah TAKDIR. Kemudian Takdir tersebut terbagi kepada dua bagian iaitu: Qada Mubram dan Qada Mu’allaq.
1) Qada Mubram: Adalah ketentuan Allah Taala yg pasti berlaku. Semua manusia pasti akan menghadapinya, ingin / tidak, mahu / tak mahu, senang ataupun tidak, tiap orang pasti akan menjumpainya, sebab hal tersebut tak dpt dihalang oleh sesuatu apa pun. Sebagai contohnya adlh perkara kematian. Sebagaimana yg difirmankan oleh Allah:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوَكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ -الأنبياء: 35 -.
Tiap-tiap yg berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dgn keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
Jadi masalah kematian merupakan perkara yg pasti dihadapi oleh tiap manusia. Karena ia merupakan suatu kepastian maka dinamakan sebagai Qada Mubram. Oleh karena itu Allah tegaskan jenis Qada ni dlm surah ar-Ra’ad, ayat: 11:
{وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلاَ مَرَدَّ لَهُ -الرعد:11-.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yg dpt menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Rasulpun pernah bersabdah tentang jenis Qada ini:
(إِنَّ رَبِّي قَالَ: يَا مُحَمَّدْ، إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لاَ يُرَدُّ) -مسلم-
Sesungguhnya Tuhanku berkata padaku: Wahai Muhammad! Sesungguhnya Aku kalau sudah menentukan sesuatu maka tiada seorangpun yg sanggup menolaknya.
2) Qada Mu’allaq: Adalah takdir yg digantung / bersyarat, dlm artian ketentuan tersebut boleh berlaku dan terjadi, dan boleh jg tak terjadi pd diri seseorang, bahkan ia bergantung kepada usaha manusia itu sendiri, Qada ni yg telah disampaikan oleh Allah kepada Malaikat dan disimpan olehnya, jenis Qada ni telah ditegaskan oleh Allah ta’ala:
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ -الرعد: 11-.
Sesungguhnya Allah tak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yg ada pd diri mereka sendiri.
Ayat ni dgn tegas menyatakan bahwa seseorang mampu merubah nasib dgn usaha sendiri, dan dgn izin Allah Swt. Oleh karena itu agama memberikan dua syarat utama untk mengubah takdir, yaitu dgn cara memperbanyak doa dan menyambung silaturrahim.
Dalam kaitannya dgn perubahan umur manusia, para ulama berselisih faham tentang bolehkan berubah / tidak?, bolehkan dipanjangkan / dikurangkan?. Hal ni disebabkan oleh adanya sumber hukum yg secara zahir dari al-Qur’an yg menyatakan dgn jelas bahwa umur seseorang tak akan ditambah ataupun dikurangkan, yaitu firman Allah:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ -الأعراف: 34-.
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu (kematian); maka apabila telah datang waktunya mereka tak dpt mengundurkannya barang sesaatpun dan tak dpt (pula) memajukannya.
Di samping ayat tersebut, terdapat jg hadits yg secara zahir menjelaskan bahwa doa dan silaturrahim dpt memanjangkan umur seseorang, dan mampu melapangkan rezqinya. Hadits tesebut adalah
(لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ، وَلاَ يُزِيْدُ فِى الْعُمْرِ إِلاَّ الْبِرُّ) -الترمذي-
Tidak ada yg mampu menolak takdir Allah kecuali doa.
Oleh karena itu, doa’ dlm Islam sangat digalakkan dan Allah menjanjikan akan menerima doa seseorang mukmin yg betul-betul mengharap diterima doanya, firman Allah:
(وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ) -المؤمنون: 60-.
Dan Tuhanmu berfirman, Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.. (QS Al-Mu’min 60).
Ayat ni dpt dipahami lebih mendalam bahwa doa disyariatkan dlm Islam pd dasarnya untk merubah nasib seseorang, sebab apalah gunanya seseoarang berdoa kalau ia tak mengharap perubahan dari Allah. Baik perubahan umur dgn dipanjangkan umurnya, / mengharap rezki dgn meminta ditambahkan rezkinya.
(مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأُ لَهُ فِي أَثْرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ) -البخاري-
Siapa saja yg ingin dimudahkan rezqinya, dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung silaturrahim.
Kalau dicermati dan direnungkan, memang Allah dlm kenyataan ayat 34 pd surah al-A’raf di atas tak akan merubah ajal seseorang, tapi perlu diketahui takdir yg dibagi kepada tiap insan itu bukan hanya satu takdir, melainkan ada beberapa takdir.
Sudah menjadi bahasa umum bahwa manusia adlh makhluk ciptaan Allah yg sempurna dan yg akan menjadi khalifah di bumi ini. Semua apa yg ada di bumi ni oleh Allah di peruntukkan untk manusia. Binatang, tumbuh-tumbuhan, air, api, tanah, udara, barang tambang dan lain sebagainya semua untk memenuhi kebutuhan manusia selama ada di bumi. Artinya bahwa Allah di dlm menciptakan sesuatu ada maksud dan tujuan yg terkandung di dalamnya. Baik itu yg masih bersifat rahasia-belum ditemukan, maupun yg sudah ditemukan dan diciptakan oleh manusia itu sendiri.
Demikian pula Allah di dlm menciptakan manusia dilengkapi dgn anggota badan itu pun ada maksud dan tujuannya. Di dlm menciptakan manusia Allah melengkapi dgn dua mata, dua telinga, dua tangan, dua kaki dan satu mulut.Tujuannya supaya manusia lebih Banyak Belajar melalui penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga) serta lebih Banyak Berusaha dan Berjuang dgn tangan dan kaki-nya. Dan Allah memberikan satu mulut pd manusia agar tak hanya banyak bicara, mengeluh dan meratapi nasib hidup.
Dari apa yg saya sampaikan diatas tentunya amat sangat sungguh memalukan apabila kita sebagai muslim masih sering mengeluh, meratapi nasib, menghiba, berharap belas kasihan, meminta-minta, mengemis, dan minta gratisan kepada sesama manusia yg lain. Jangan menghinakan diri, jangan menistakan diri dan jangan merendahkan diri sendiri dgn hal-hal tersebut. Berpantang bagi seorang muslim untk melakukan hal-hal tersebut.
Angkat derajat kemulian dan harga diri dgn bekerja keras, berusaha dan berjuang tanpa menyerah sampai akhir hayat dikandung badan / sampai ajal menjemput. Disaat seseorang mampu untk sukses dan berhasil untk meraih kesuksesan itulah nilai dari sebuah harga diri dari tiap pribadi yg mau berusaha dan berjuang.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"Sesungguhnya Allah tak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yg ada pd diri mereka sendiri. (ar-Ra'du:11)
Dari ayat di atas Allah memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada kita untk menentukan nasib kita sendiri sesuai dgn norma dan ajaran agama, norma sosial serta norma susila. Karena sebenarnya kita sendiri-lah yg paling bertanggung jawab atas hidup dan nasib kita. Bukan karena faktor lingkungan, keadaan, kondisi, ekonomi, orang lain, orang tua, saudara, takdir, nasib dan lain sebagainya. Semua hal-hal di atas tak bisa dijadikan alasan / pun kambing hitam atas kegagalan yg terjadi. Semua kembali pd diri kita sendiri.
Ayat diatas sangat relevan dgn kondisi waktu dan zaman seperti sekarang ini, yaitu tentang Perubahan. Sekarang ni dgn perkembangan teknologi informasi di segala bidang yg meliputi ekonomi, finansial, keuangan, politik dan keamanan menyebabkan iklim perubahan di suatu daerah dan negara menjadi begitu sangat pesat dan cepat.
Ingat, tumbuhan dan binatang purbakala yg sudah punah adlh korban dari perubahan ekosistem yg ada di bumi pd saat itu. Tumbuhan dan binatang purbakala tersebut mati dan punah karena tak bisa berubah / ber-evolusi.
Sama halnya dgn manusia, jika kita tak mampu mengikuti arus perubahan seperti waktu sekarang ni / perubahan dari waktu ke waktu tentunya kita akan tergilas dan tertindas yg akhirnya kita hanya menjadi korban perubahan jaman dan hanya sebagai penonton atas keberhasilan serta kesuksesan orang lain.
Untuk merubah nasib hidup di dlm ayat diatas Allah sudah menegaskan bahwa kita-lah yg paling bertanggung jawab untk terjadinya perubahan atas hidup kita untk saat ni maupun hidup kita di masa depan. Bukan orang lain, kondisi / pun situasi. Dan tak ada perubahan yg terjadi secara instan / secara tiba-tiba, semuanya perlu proses.
Dan dari ayat diatas jika ingin merubah nasib bisa dijabarkan sebagai berikut :
Merubah Pola Pikir, ubah pola pikir yg tak baik seperti berangan-angan dan berandai-andai dgn pola pikir yg kreatif. Merubah Mental, ubah mental miskin, mental gratisan, meratapi nasib, menghiba meminta belas kasihan dgn mental bahwa segala sesuatu yg di peroleh harus dari hasil jerih payah dan dari kristalisasi keringat, bukan dari hasil pemberian tanpa usaha. Tanamkan rasa malu dan gengsi apabila mendapatkan sesuatu dari hasil meminta-minta, menghiba, belas kasihan dan mengemis. Merubah Perilaku, perilaku ogah-ogahan, malas, menunda-nunda waktu dan buang-buang waktu untk hal-hal yg tak penting harus diubah menjadi perilaku / perbuatan yg cekatan dan produktif. Menunda-nunda waktu sama halnya dgn menunda perubahan nasib hidup, keberhasilan dan kesuksesan. Sementara waktu terus berjalan tanpa perduli siapa kita dan apa yg akan terjadi pd kita.
Dengan merubah ke tiga hal tersebut insha Allah dgn berjalannya waktu Allah akan mengangkat derajat kemuliaan kepada nasib yg lebih baik dlm hal ekonomi, finansial dan keuangan yg lebih mapan dan berkah.
Di dlm sebuah usaha dan perjuangan hidup untk merubah nasib hidup tentunya sangat wajar apabila ada halangan dan rintangan berupa masalah. Justru masalah-lah yg selama ni menjadikan pembelajaran untk menemukan solusi di dlm usaha dan perjuangan merubah nasib hidup. Itu bagi yg mau belajar dan selalu mau mencari solusi dari tiap masalah yg dihadapi. Bagi yg tak mau belajar dan mencari solusi tentunya akan semakin terpuruk dan tenggelam dgn masalah yg sedang dihadapi.
Dengan adanya masalah akan membentuk seseorang menjadi pribadi yg kuat, tangguh, mandiri dan tahan banting di dlm tiap menghadapi tantangan kehidupan. Itu-lah tujuan ayat tersebut diatas diturunkan oleh Allah. Agar tiap muslim bisa menjadi pribadi yg kuat, tangguh, mandiri dan tahan banting di dlm tiap menghadapi tantangan kehidupan dan tantangan zaman. Kuncinya tiap mengalami dan menghadapi masalah sikapilah dgn Fokus pd Solusi bukan fokus pd masalah. Dan di dlm mencari solusi harus terencana, terarah dan terukur.
Selain dgn ikhtiar lahir diatas sertakan jg ikhtiar batin dgn mendekatkan diri kepada Allah dgn cara meningkatkan kwalitas ibadah. Tidak ada keberhasilan dan kesuksesan yg berkah dan abadi tanpa disertai aspek spiritual berupa ikhtiar batin. Karena hanya dgn Ridho Allah semata sebuah keberhasilan dan kesuksesan untk merubah nasib hidup bisa terjadi. Aamiin...
Pada permasalahan lain, misalnya penyakit, dlm satu riwayat disebutkan bahwa, penyakit dan obat merupakan takdir ilahi.
يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ رِقًى نَسْتَرْقِيْهَا وَدَوَاءٌ نَتَدَاوَى بِهِ وَتُقَاةٍ نَتَّقِيْهَا، هَلْ تَرُدٌّ مِنْ قَدْرِ اللهِ شَيْئًا ؟ قَالَ: هِيَ مِنْ قَدْرِ اللهِ -الترمذي-.
Ya Rasulallah bagaimana pandangan engkau terhadap Ruqyah-ruqyah yg kami gunakan untk jampi, obat-obatan yg kami gunakan untk mengobati penyakit, perlindungan-perlindungan yg kami gunakan untk menghindari dari sesuatu, apakah itu semua bisa menolak takdir ALLAH ?Jawab Rasulullah saw : Semua itu adlh (juga) takdir ALLAH.
Satu riwayat jg disebutkan bahwa tatkala Umar bin Khattab dan rombongannya melakukan perjalanan ke suatu tempat di Syiria, dan beliau tiba-tiba dikabarkan bahwa tempat yg dituju sedang dilanda penyakit wabak, (penyakit menular), kemudian Umar bermusyawarah dgn rombongan untk mencari jalan keluar (way out ), lantas Umar dan rombongan sepakat untk membatalkan perjalanan tersebut dan kembali ke Madinah, kemudian salah seorang sahabat yg bernama Abu Ubaidah tiba-tiba memprotes keputusan Umar yg tak ingin melanjutkan perjalanan:
فَقَالَ أَبُو عُبَيْدَة بْن الْجَرَّاحِ: أَفِرَارًا مِنْ قَدَرِ اللَّهِ؟ فَقَالَ عُمَرُ: لَوْ غَيْرُكَ قَالَهَا يَا أَبَا عُبَيْدَةَ - وَكَانَ عُمَرُ يَكْرَهُ خِلاَفَهُ - نَعَمْ نَفِرُّ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ إِلَى قَدَرِ اللَّهِ.
Abu Ubaidah bin al-jarrah berkataApakah kita hendak lari menghindari taqdir Allah? Umar menjawab: Benar, kita menghindari suatu taqdir Allah dan menuju taqdir Allah yg lain.
Hadits ni memberikan gambaran jelas bahwa takdir itu bukan hanya satu melainkan berbilang.
Untuk mengakhiri bahasan ni saya sebutkan suatu kisah, di mana pd suatu hari malaikat Izra`il, malaikat pencabut nyawa, memberi kabar kepada Nabi Daud a.s., bahwa si Fulan minggu depan akan dicabut nyawanya. Tapi ternyata setelah sampai satu minggu nyawa si Fulan belum jg mati, sehinggalah Nabi Daud bertanya, mengapa si Fulan belum mati-mati juga, sementara engkau katakan minggu lepas bahwa minggu depan kamu akan mencabut nyawanya.
Izra`il menjawab, ya betul saya berjanji akan mencabut nyawanya, tapi ketika sampai masa pencabutan nyawa, Allah memberi perintah kepadaku untk menangguhkannya dan membiarkan ia hidup lagi untk 20 tahun mendatang, Nabi Daud bertanya, mengapa demikian?, Jawab Izra`il: orang tersebut sangat aktif menyambung silaturrahim sesama saudaranya. Karena itu Allah memberikan tambahan umur selama 20 tahun kepadanya.
Jadi sebagai kesimpulan, semua peristiwa, kejadian dan keadaan yg telah dan yg akan kita hadapi, semuanya di dlm pengetahuan dan pengamatan serta kekuasaan Allah, yg tak terbelenggu, tak diikat dan tak dibatasi oleh masa.
Takdir ada yg boleh berubah dan ada yg tak akan berubah, yg boleh berubah dikenal dgn istilah Qada Mu’allaq, yaitu takdir yg bergantung dan bersayarat, sementara takdir yg tak akan berubah dinamakan sebagai Qada Mubram, yaitu takdir yg pasti berlaku pd diri seseorang.
Adapun langkah untk merubah takdir (nasib) yg mu’allaq adlh sebagai berikut:
1) Berusaha, yaitu dgn melakukan aksi terhadap apa saja yg diinginkan terjadi perubahan atasnya.
2) Berdo’a, yaitu memanjatkan harapan kepada Allah terhadap maksud yg diinginkan diqabulkan olehNya.
3) Tawakkal, yaitu menunggu keputusan, hasil daripada usaha dan doa yg diminta. Setelah hal di atas dilakukan, maka kita tinggal menunggu ketentuan Allah yg disebut dgn (takdir). Dan untk menambahkan keyakinan kita terhadap perubahan takdir mu’allaq, ada baiknya kita renungi bersama ayat di bawah ini:
يَمْحُو اللّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِندَهُ أُمُّ الْكِتَابِ -الرعد: 39-
Allah menghapuskan apa yg Dia kehendaki dan menetapkan (apa yg Dia kehendaki), dan disisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).
Untuk ayat lauhu al-Mahfuzh itu, jg ada dukungan ayatnya. WS: 6: 59: وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ "Dan Dia memiliki kunci2 keghaiban yg tak diketahuinya kecuali oleh Dia. Dan Dia tahu apa-apa yg ada di darat dan lautan. Dan tak jatuh satu daunpun kecuali Dia mengetahuinya. Dan tidaklah sebuah biji -yang jatuh- di kegelapan bumi dan tak pula yg basah dan kering, kecuali sudah ada ada di kitab yg nyata (lauhu al-mahfuzh)." Coba renungkan, betapa lembutnya Tuhan membimbing kepahaman kita akan maksud ayatNya yg berbunyi "sudah ada di Lauhu al-mahfuzh itu" i tu. SEmua dari awal sudah dikatakan bahwa semua itu diketahuiNya. Apa saja yg terjadi di dunia ni diketahuiNya. Lalu Setelah itu Ia mengatakan ada di kitab lauhu al-mahfuzh. Dengan demikian dpt dipahami dgn jelas, bahwa maksud dari kitab lauhu al-mahfuzh itu adlh IlmuNya, bukan ketentuanNya akan nasib manusia. Bisa2nya pengetahuan ni dimaknai dgn ketentuanNya? Padahal puluhan ayat / ratusan, yg memberikan makna bahwa manusia ni berikhtiar dan tak dipaksa, / kalau berbuat satu atom saja kebaikan / keburukan akan dimintai tanggung jawab olehNya, / diwanti-wantinya supaya tak masuk neraka, / diwajibkannya ni dan itu, / dilarangnya berbuat ni dan itu dts. Semuanya itu sangat jelas bahwa lauhu al-mahfuzh itu bukan ketentuanNya, akan tetapi ilmuNya. Jadi, Allah sudah tahu apapun yg terjadi sekarang dan akan datang itu, sebelum tercipatanya alam ni sendiri. Tetapi ingat, bahwa pengetahuanNya dan kepastian benarnya ilmuNya tentang perbuatan manusia itu, bukan ketentuanNya. Karena Ia tahu bahwa si Fulan itu akan berbuat taat / tak pd jam tertentu itu, / akan kawin dgn si fulan / tak pd tahun itu, / ia akan berusaha dan berdoa lalu doanya dikabulkan / tak dst semuanya dan semuanya itu, diketahuiNya lengkap dgn ikhtiar dan pilihannya. Jadi, Tuhan bukan hanya tahu si fulan itu akan shalat pd waktu jam 13.00, tgl 17, bukan 8, tg 2011 itu DENGAN IKHTIARNYA SENDIRI. Jadi, kebenaran ilmuNya, tak melahirkan determinisme, karena diketahuiNya dgn ikhtiar masing-masing makhlukNya. Yang ayat ke tiga ni jg seperti itu. Lauhu al-mahfuzh itu adlh ilmuNya tentang semua hal. Yakni pengetahuan yg tak berubah dan sudah akhir. Tetapi di tingkatan yg lebih bawah, yakni yg jg dikenal Qadha' dan Qadr, / Tingkatan Penghapusan dan Penetapan yg dikehendaki, adlh tingkatan ilmu yg di bawahnya yg biasanya dibawa oleh para malaikat pengurus alam semesta ini. Misalanya si Fulan itu murtad. Maka Tuhan menetapkannya masuk neraka. Yakni menetapkan melalui malaikat yg menuliskan bahwa dosa itu adlh dosa besar yg memestikan masuk neraka. Tetapi kalau besoknya / seminggu Setelah, ia taubat, maka Tuhan merubah ketentuan ke nerakanya itu menjadi ke surga. Tentu Sekalilagi melalui malaikat pencatat amal yg menghapus ketentu sebelumnya yg ke neraka, dgn ketentuan berikutnya yg ke surga. Inilah yg dimaksud penetapan / penghapusan ketentuan2 sesuai dgn kehendakNya. Nah, semua asal-usul / liku2 di makam qadha' dan qadr itu sampai pd pilihan dan hasil akhirnya, semua sudah diketahui di makam yg lebih atas yaitu di makam lauhu al-mahfuzh itu. Jadi, ayat ni jg tak bisa dijadikan Sebagaidalil penasiban manusia. Dan bahkan sebaliknya, justru dalil bagi ikhtiar manusia itu sendiri. Karena sangat tak masuk akal kalau perubahan2 / penetapan-penetapan itu diartikan Sebagai penentuan / pengencelan nasib manusia. Karena, akhirnya betul-betul Tuhan itu seperti pegang remot kontrol, lalu menyetel-nyetel kita mau kemana saja. Keyakinan seperti ni pasti ditentang fitrah dan semua orang waras. Karena, saling ributnya mereka dlm perbedaan pendapat dll-nya, saling hujat dan hukum lwt pengadilan, adanya surga neraka sendiri dst. merupakan dalil yg lebih terang dari matahari bahwa manusia tak dikontrol pakai remot oleh Tuhan. Karena kalau disetir Tuhan, maka sudah semestinya dunia ni sepi dari segala macam pertengkaran, perebutan, peperangan, pertandingan, pengadilan .dst. Karena semuanya akan menuntut Tuhan, bukan lawan permasalahannya itu.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
other source : http://lintas.me, http://wiyonggoputih.blogspot.com, http://tribunnews.com
0 Response to "Penjelasan Tentang Perubahan Nasib"
Post a Comment