This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Berbuka ala Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam - Dialog

Berbuka ala Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam serliblog.blogspot.com - Berbuka puasa adlh salah satu kenikmatan Allah ta’ala yang dirasakan oleh orang yg berpuasa. Kenikmatan tersebut termasuk kegembiraan yg diawalkan bagi orang yg berpuasa di dunia sebagaimana sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ، وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ
Dan bagi orang yg berpuasa itu mempunyai dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dgn Rabbnya [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 7492 dan Muslim no. 1151].
Oleh karena itu, sesuatu yg biasa-biasa saja kita makan di luar waktu puasa bulan Ramadlaan, seringkali menjadi luar biasa saat kita makan ketika berbuka puasa. Segelas air putih dan sepotong singkong goreng dingin pun dpt terasa sangat nikmat dlm kecapan waktu berbuka. Berbukanya seorang muslim yg baik tak sekedar dgn cara ‘membatalkannya’ melalui makan minum saja / yg penting perut terisi dan kenyang. Ada beberapa tuntunan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yg jika kita meneladaninya, dpt menjadikan amalan berbuka puasa kita menjadi lebih sempurna dan berpahala. Apa sajakah itu? Berikut beberapa hal yg diambilkan dari Al-Qur’an dan hadits-hadits yg shahih: 1. Menyegerakan berbuka puasa.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
Dari Sahl bin Sa’ad, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : Manusia senantiasa berada di dlm kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1957 dan Muslim no. 1098].
عَنْ أَبِي هُرَيْرَة، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا يَزَالُ الدِّينُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الْفِطْرَ، إِنَّ الْيَهُودَ، وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُونَ
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Agama senantiasa kokoh selama manusia menyegerakan berbuka. Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani mengakhirkannya (menundanya) [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 2353; dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dlm Shahiih Sunan Abi Daawud 2/58]. Yaitu waktunya dimulai ketika matahari telah terbenam yg dengannya masuk waktu Maghrib. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ وَأَدْبَرَ النَّهَارُ، وَغَابَتِ الشَّمْسُ، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ
Apabila malam telah tiba dan siang telah berlalu, serta matahari pun terbenam, maka orang yg berpuasa sudah boleh berbuka [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1100]. An-Nawawiy rahimahullah berkata :
قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْل وَأَدْبَرَ النَّهَار وَغَابَتْ الشَّمْس فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِم ) مَعْنَاهُ : اِنْقَضَى صَوْمه وَتَمَّ , وَلَا يُوصَف الْآن بِأَنَّهُ صَائِم , فَإِنَّ بِغُرُوبِ الشَّمْس خَرَجَ النَّهَار وَدَخَلَ اللَّيْل , وَاللَّيْل لَيْسَ مَحِلًّا لِلصَّوْمِ
Makna sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Apabila malam telah tiba dan siang telah berlalu, serta matahari pun terbenam, maka orang yg berpuasa sudah boleh berbuka ; adlh puasanya telah selesai sempurna, dan (pada waktu matahari sudah tenggelam dgn sempurna) dia bukan orang yg berpuasa. Maka dgn terbenamnya matahari, habislah waktu siang dan malam pun tiba; dan malam hari bukanlah waktu untk berpuasa [Syarh Shahiih Muslim 7/209]. 2. Mendahulukan berbuka sebelum shalat maghrib.
عَنْ أَنَس بْن مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
Dari Anas bin Maalik, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berbuka dgn ruthab sebelum melaksanakan shalat (Maghrib), maka jika tak ada ruthab (beliau berbuka) dgn tamr. Jika tak ada (tamr) maka beliau berbuka dgn meneguk air [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 2356, Ahmad 3/164, dan yg lainnya; dihasankan oleh Al-Albaaniy dlm Irwaaul-Ghalil 4/45 no. 922]. 3. Sebelum berbuka membaca basmalah. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكمْ , فَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَليهِ, يُبَارَكْ لَكمْ فِيهِ
Berkumpullah kalian ketika makan, dan sebutlah nama Allah padanya. Maka makanan kalian akan diberkahi [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 3764, Ibnu Maajah no. 3286, dan yg lainnya; dihasankan oleh Al-Albaaniy dlm Silsilah Ash-Shahiihah 2/268-270 no. 664].
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ أَنْ لَا يُذْكَرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ
Sesungguhnya setan menghalalkan makanan (untuk ia makan dari makanan yg dimakan manusia) yg tak disebut nama Allah padanya [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2017]. An-Nawawiy rahimahullah berkata :
مَعْنَى ( يَسْتَحِلّ ) يَتَمَكَّن مِنْ أَكْله ، وَمَعْنَاهُ : أَنَّهُ يَتَمَكَّن مِنْ أَكْل الطَّعَام إِذَا شَرَعَ فِيهِ إِنْسَان بِغَيْرِ ذِكْر اللَّه تَعَالَى . وَأَمَّا إِذَا لَمْ يَشْرَع فِيهِ أَحَد فَلَا يَتَمَكَّن . وَإِنْ كَانَ جَمَاعَة فَذَكَرَ اِسْم اللَّه بَعْضهمْ دُون بَعْض لَمْ يَتَمَكَّن مِنْهُ
Makna dari ‘menghalalkan’ yaitu dpt menikmati makanan tersebut. Maksudnya, bahwa setan itu mendapatkan bagian makanan jika seseorang memulainya tanpa dzikir kepada Allah ta’ala. Adapun bila belum ada seseorang yg memulai makan, maka (setan) tak akan dpt memakannya. Jika sekelompok orang makan bersama-sama dan sebagian mereka menyebut nama Allah sedangkan sebagian lainnya tidak, maka setan pun tak akan dpt memakannya [Syarh Shahiih Muslim 13/189-190]. Apabila lupa mengucapkan basmalah, ketika ingat disunnahkan membaca:
بِسْمِ اللَّهِ فِي أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ
Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi (dengan menyebut Allah di awal dan di akhirnya) [Diriwayatkan oleh Ahmad 6/143 & 246 & 265, Ibnu Maajah no. 3264, Ibnu Hibbaan no. 5214, dan yg lainnya; dishahihkan oleh Al-Arna’uth dlm Takhriij Shahiih Ibni Hibbaan 12/14-15]. 4. Berbuka dgn kurma / makanan lain yg ada dan mudah didapat. Berbuka puasa dgn memakan beberapa butir kurma, baik ruthab (kurma setengah matang yg masih sedikit keras dan berwarna hijau kecoklatan), tamr (kurma matang), / hanya sekedar air putih jika yg ada hanya itu - sebagaimana hadits Anas bin Maalik radliyallaahu ‘anhu di atas. Atau berbuka dgn beberapa makanan yg disukai / biasa dimakan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: " رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْكُلُ الرُّطَبَ بِالْقِثَّاءِ "
Dari ‘Abdullah bin Ja’far bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhumaa, ia berkata : Aku pernah melihat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam makan ruthab dengan mentimun [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5440 & 5447 & 5449 dan Muslim no. 2043].
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ الرُّطَبِ وَالْخِرْبِزِ
Dari Anas, ia berkata : Aku permah melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mencampur antara ruthab dengan khirbiz (semangka kuning) [Diriwayatkan oleh Ahmad 3/142 & 143, Ibnu Hibbaan no. 5248, dan yg lainnya; dishahihkan oleh Al-Arna’uth dlm Takhriij Shahiih Ibni Hibbaan 12/53].
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْكُلُ الْبِطِّيخَ بِالرُّطَبِ، فَيَقُولُ: نَكْسِرُ حَرَّ هَذَا بِبَرْدِ هَذَا وَبَرْدَ هَذَا بِحَرِّ هَذَا
Dari ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa makan semangka dan ruthab, lalu beliau bersabda : ‘Panasnya ruthab ni kami hilangkan dgn dinginnya semangka ini, dan dinginnya semangka ni kami hilangkan dgn panasnya ruthab ini [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 3836, At-Tirmidziy no. 1843, Ibnu Hibbaan no. 5246 & 5247, dan yg lainnya; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dlm Shahiih Sunan Abi Daawud 2/454-455].
عَنْ ابْنَيْ بُسْرٍ السُّلَمِيَّيْنِ، قَالَا: دَخَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدَّمْنَا زُبْدًا وَتَمْرًا، وَكَانَ يُحِبُّ الزُّبْدَ وَالتَّمْرَ
Dari dua orang anak Busr As-Sulamiy, mereka berdua berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam masuk menemui kami. Lalu kami hidangkan keju dan tamr kepada beliau, dan beliau menyukai keju dan tamr [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 3837, Ibnu Maajah no. 3334, dan yg lainnya; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dlm Shahiih Sunan Abi Daawud 2/455].
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ: أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَ أَهْلَهُ الْأُدُمَ، فَقَالُوا: مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ، فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ، وَيَقُولُ: نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ
Dari Jaabir bin ‘Abdillah : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada keluarganya tentang lauk. Mereka berkata : Tidak ada di sisi kami kecuali cuka. Maka beliau menyuruh untk diambilkan dan kemudian makan dengannya. Beliau bersabda : Sebaik-baik lauk adlh cuka, sebaik-baik lauk adlh cuka [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2052, At-Tirmidziy no. 1839 & 1842, dan yg lainnya]. Dan makanan lainnya yg pernah dimakan oleh beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beberapa jenis makanan di atas bukan merupakan bagian dari sunnah yg dianjurkan bagi kita untk memakannya. Akan tetapi jika kita memakannya dikarenakan kecintaan kita kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka kita akan diberikan pahala berdasarkan niat kita. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya amal-amal itu hanyalah berdasarkan niat, dan tiap orang hanyalah akan dibalas sesuai apa yg diniatkannya [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1]. Amalan kecil akan menjadi besar karena niatnya, dan begitu jg sebaliknya, amalan besar akan menjadi kecil - dan bahkan hilang sama sekali - karena niatnya pula. 5. Tidak berlebihan ketika berbuka, memenuhi perut dgn makanan dan minuman. Allah ta’ala berfirman:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tak menyukai orang-orang yg berlebih-lebihan [QS. Al-A’raaf : 31].
عَنْ مِقْدَامِ بْنِ مَعْدِ يكَرِبَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ، فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
Dari Miqdaam bin Ma’diikarib, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yg lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untk menegakkan punggungnya. Tapi jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untk makanan, sepertiga untk minuman, dan sepertiga lagi untk bernafas [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 2380, Ibnu Maajah no. 3349, Ahmad 4/132, Ibnu Hibbaan no. 674 & 5236, dan yg lainnya; shahih]. Berbuka dimulai dgn sedikit makanan dan minuman (diantaranya seperti dlm nomor 4) agar tak menyebabkan berat ketika shalat Maghrib. Baru setelah itu, dpt dilanjutkan kembali dgn makan makanan berat seperti nasi dan yg lainnya. Memenuhi perut dgn makanan dan minuman dpt menyebabkan rasa malas/berat untk beribadah, mual, dan berbagai gangguan kesehatan. 6. Mengucapkan hamdalah / doa-doa lain yg ma’tsuur setelah selesai makan dan minum.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ، فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
Dari Anas bin Maalik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Sesungguhnya Allah ridla terhadap hamba-Nya yg makan / minum, dan setelah itu ia memuji Allah atasnya [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2734].
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَفَعَ مَائِدَتَهُ، قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلَا مُوَدَّعٍ وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا
Dari Abu Umaamah, bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila selesai dari makanannya beliau mengucapkan : Alhamdulillaahi katsiiron thoyyiban mubaarokan fiihi ghairo makfiyyin wa laa muwadda’in wa laa mustaghnan ‘anhu Robbanaa (segala puji bagi Allah dgn pujian yg banyak, yg baik dan penuh barakah, yg senantiasa dibutuhkan, diperlukan, dan tak dpt ditinggalkan, wahai Rabb kami [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5458].
عَنْ مَرْوَان يَعْنِي ابْن سَالِمٍ الْمُقَفَّعَ قَالَ رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَقْبِضُ عَلَى لِحْيَتِهِ فَيَقْطَعُ مَا زَادَ عَلَى الْكَفِّ وَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Dari Marwaan - yaitu Ibnu Saalim Al-Muqaffa’ - , ia berkata : Aku pernah melihat Ibnu ‘Umar menggenggam jenggotnya dan memotong selebih dari (genggaman) telapak tangannya, lalu berkata : Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila berbuka puasa berdoa : ‘(Dzahabazh-zhoma-u wab-talatil-‘uruuqu wa tsabatal-ajru insya Allooh) Rasa haus telah pergi dan urat-urat telah terbasahi serta telah ditetapkan pahala insya Allah [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 2357, An-Nasaa’iy dlm Al-Kubraa 3/374 no. 3315 & 9/119 no. 10058 dan dlm ‘Amalul-Yaum wal-Lailah hal. 268-269 no. 299, dan yg lainnya; dihasankan oleh Ibnu Hajar sebagaimana dlm Mausu’ah Al-Haafidh Ibni Hajar Al-Hadiitsiyyah 2/360 no. 78]. Jika kita diberikan makanan / minuman berbuka puasa oleh orang lain, maka disunnahkan untk mendoakannya dgn doa diantaranya:
اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِي وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِي
Alloohumma ath’im man ath’amanii wasqi man asqoonii (ya Allah, berilah makanan kepada orang yg memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yg memberi minuman kepadaku) [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2055]. 7. Jika mempunyai kelebihan hidangan untk berbuka, sangat dianjurkan untk memberikan sebagiannya kepada orang lain (yang berpuasa) / mengundang mereka untk berbuka bersama.
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا "
Dari Zaid bin Khaalid Al-Juhaniy, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Barangsiapa yg memberi makanan orang yg berpuasa, maka baginya pahala seperti yg diperoleh orang yg berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yg berpuasa itu sedikitpun juga [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 807, Ibnu Maajah no. 1746, Ahmad 4/114 & 116, dan Ibnu Hibbaan no. 3429; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dlm Shahiih Sunan At-Tirmidziy 1/423-424]. Ini saja yg dpt dituliskan, semoga ada manfaatnya.Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
[abul-jauzaa’ - perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 09 Ramadlaan 1436/25062015 - 23:33].

other source : http://abul-jauzaa.blogspot.com, http://merdeka.com, http://slideshare.net


0 Response to "Berbuka ala Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam - Dialog"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *