This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

JANIN MENGHILANG KARENA MURTAD

serliblog.blogspot.com - Adakah kaitan antara kemurtadan dgn musibah Tuhan? Sangat ada. Sebab, murtad adlh perbuatan yg dilaknat Allah. Karena itu, Tuhan pun menimpakan cobaan atas pelakunya.
Cinta, orang tua dan Allah adlh tiga hal yg tak bisa dipisahkan bila kita berbicara masalah asmara. Karena itu, sejatinya, ketika seseorang sedang dilanda asmara hendaklah minta restu pd kedua orang tua untk mendapatkan ridha Allah.
Namun, kisah berikut ni justru sebaliknya. Demi cintanya pd seorang lelaki, ia rela meninggalkan kedua orang tua dan murtad kepada Allah. Sebuah tindakan yg sangat tak patut ditiru, karena pasti akan mendapatkan murka Allah jika tak sempat bertaubat.
Sebut saja namanya Ida. Dia sebenarnya wanita yg baik, awalnya. Karena kedua orang tua mendidiknya dgn penuh perhatian sejak kecil. Bahkan, bangku kuliah pun sempat diecapnya, meski tak terlalu berprestasi di kelas.

Namun, satu hal yg dilupakan oleh kedua orang tua ketika mendidik Ida adlh soal pendidikan agama. Akibatnya, Ida pun tumbuh menjadi pribadi yg tak terlalu taat beribadah. Shalat kadang ditinggalkan, apalagi mengikuti pengajian ibu-ibu di kampung / di tempat tinggalnya.
Hal itu tampak ketika Ida berkenalan dgn lelaki bernama Kusuma. Semua orang sudah tahu bahwa lelaki itu beragama Kristen Protestan. Namun, Ida tetap saja menerima cintanya. Di samping karena wajah Kusuma yg gagah, jg karena berasal dari keluarga yg kaya raya. Apalagi, Kusuma memang punya usaha sendiri, yakni bisnis pencucian mobil. Dengan kata lain, Kusuma adlh seorang pengusaha.
Awalnya, kedua orang tua Ida masih berharap bahwa anaknya akan bisa membawa Kusuma pd agama Islam alias mengajaknya menjadi muallaf suatu saat jika mereka menikah. Karena itu, kedua orang tua Ida tak terlalu menentang hubungan mereka, meski di awal-awal sempat melarang. Tapi, murka kedua orang tua Ida timbul ketika Ida memutuskan menikah di gereja, yg otomatis akan meninggalkan Islam dan beralih kepada Islam.
Meski tak terlalu taat dlm agama Islam, tapi kedua orang tua Ida sangat menyadari bahwa menjadi murtad sama saja dgn melecehkan Islam, dirinya sebagai orang tua, dan warga di sekitar tempat tinggalnya yg mayoritas beragama Islam. Karena itu, kedua orang tua Ida pun melarang anaknya untk menikah. Dengan kata lain, mereka tak ridha atas apa yg dilakukan oleh Ida.
Tapi Ida tetap kokoh pd pendiriannya. Ia tetap menikah dgn Kusuma di sebuah gereja dgn konsep yg sangat megah. Kedua orang tua Ida tak datang pd pernikahan itu, begitu jg saudara-saudaranya yg lain. Bahkan, mereka sangat murka dan mengusir Ida dari rumahnya.
Satu bulan setelah menikah, Ida pun pulang ke rumah kedua orang tuanya bermaksud untk minta restu atas pernikahan mereka. Namun, ibarat air dan minyak yg sulit disatukan, Ida justru dicaki-maki dan diusir kembali dari rumahnya. Ida menangis, tetapi kedua orang tuanya tak perduli. Karena sikap anaknya sudah demikian melampaui batas, dgn berani melawa Tuhan. Menjadi murtad sama saja dgn melawan Tuhan.
Sejak itu, Ida pun tak pernah bertemu kembali dgn kedua orang tuanya. Dan tak terasa, usia pernikahan Ida memasuki dua tahun. Namun, mereka belum dikaruniai anak juga. Akhirnya, mereka mengadopsi anak sebagai pancingan. Atas izin Allah, tiga bulan kemudian Ida pun divonis hamil oleh dokter. Ida merasakan mual-mual yg luar biasa, seperti kebanyakan orang hamil lainnya.
Ida merasakan kesenangan yg luar biasa atas kehamilannya, tak terkecuali dgn Kusuma. Setiap saat mereka memeriksakan kandungannya agar baik-baik saja. Kondisi fisik Ida betul-betul diperhatikan oleh Kusuma agar tak jatuh sakit / kecapekan sehingga tak mengganggu janin yg dikandungnya. Begitu jg dlm pola makannya, Ida benar-benar menjaganya untk tak makan sembarangan.
Pada usia tujuh bulan kandungan, Ida pun kembali memeriksakan kandungannya ke dokter ditemani sang suami. Setelah didiagnosa (USG), dokter pun kembali memvonis bahwa kondisi janin baik-baik saja. Ida dan Kusuma pun sangat berbinar-binar matanya tanda merasakan kesenangan yg tak terkira. Sebab, tak lama lagi mereka akan memiliki anak setelah tiga tahun menunggu.
JANIN HILANG
Tak terasa usia kandungan Ida sudah sembilan bulan dan sebentar lagi pasti akan melahirkan. Karena itu, jauh-jauh hari, sebagai suami Kusuma telah mempersiapkan semuanya. Semua peralatan bayi, mulai dari pakaian hingga yg lainnya telah disediakan dgn baik. Sebab, ni adlh anak pertama karena itu benar-benar harus diperhatikan segala kebutuhan sang anak.
Waktu terus berjalan. Pada suatu malam, Ida pun merasakan mulas-mulas di perutnya. Tampaknya, Ida hendak melahirkan. Akhirnya, oleh Kusuma Ida pun segera dibawa ke dokter untk diperiksakan kondisinya. Sampai di rumah sakit, Ida segera dibaringkan di ranjang pesakitan.
Dokter segera mengambil peralatannya dgn sigap. Lalu ia mendiganosa Ida, barangkali saatnya untk melahirkan. Ida pun kembali di-USG untk kesekian kalinya. Namun, betapa terkejutnya sang dokter ketika hasil diagnosa menunjukkan bahwa di dlm tubuh Ida tak ditemukan janin. Yang ada, hanyalah cairan-cairan seperti lelehan bayi yg telah hancur. Kalau begitu, di manakah janin yg dua bulan yg lalu didiagnosa ada di dlm perut Ida?
Sebuah pertanyaan sempat mampir di dlm pikiran dokter. Merasa tak percaya atas apa yg dilakukannya, dokter pun sekali lagi mendiagnosa perut Ida dan hasilnya tetap sama bahwa di dlm perut Ida tak ditemukan janin dan yg ada adlh cairan-cairan yg tergenang.
Dokter pun bingung harus berkata apa kepada Ida dan suaminya. Tapi, kebenaran memang harus diungkap. Kenyataan tak boleh ditutup-tutupi. Dengan segala keberanian, dokter pun akhirnya berterus terang kepada Ida dan suaminya bahwa sesuai diagnosa yg dilakukannya ternyata di dlm tubuh Ida tak ditemukan janin sedikit pun alias janinnya telah hilang. Dokter sendiri tak bisa memberikan alasan yg jelas / sebab yg rasional atas kondisi seperti itu. Sebab, Ida sendiri dlm kondisi baik-baik saja dan sebelumnya, kondisi janin Ida pun didiagnosa tak terjadi apa-apa. Kalau pun akhirnya terjadi demikian semua itu pasti karena campur tangan yg Maha Kuasa.
Ketika mendengar keterangan dokter demikian, Ida pun bagai disambar petir. Ia menjerit tak percaya dan menyangka dokter telah melakukan manipulasi data. Begitu jg Kusuma, ia tak percaya dgn keterangan dokter. Bahkan, Kusuma akan menuntut dokter karena telah melakukan kecerobohan dlm diagnosanya sehingga mengakibatkan janinnya hilang.
Merasa dipermainkan oleh dokter, Ida mencak-mencak dan memarahi dokter. Karena tak kuasa menahan kondisi yg berat itu, Ida pun pingsan dan baru sadar setengah jam kemudian. Ida berhasil ditenangkan oleh suaminya dan mereka akhirnya sadar bahwa semuanya telah diatur oleh Tuhan. Apalagi, setelah mereka melihat hasil diagnosanya yg menunjukkan bahwa di dlm perut Ida memang tak ditemukan janin, yg ada hanyalah cairan-cairan saja.
Beberapa bulan setelah kejadian itu, Ida masih tampak shock meski sudah ikhlas menerimanya. Pada dirinya ia sangat menyadari bahwa semua ni pasti karena ulah yg diperbuatnya yaitu murtad kepada Allah, sehingga Dia sangat murka kepadanya. Tapi, tetap saja, kejadian itu tak membuat Ida sadar sebenar-benarnya dan kembali kepada agama Islam. Ida lebih memilih sang suami dan melanjutkan rumah tangganya dlm naungan agama Kristen Protestan. Hingga kini Ida pun belum dikaruniai anak, di usia pernikahannya yg memasuki 10 tahun.
Demikian kisah yg terjadi pd Ida. Dari kisah ni kita bisa mengambil pelajaran bahwa antara cinta, orang tua dan Allah hendaklah tak bisa kita pisahkan. Jangan karena cinta, kita melupakan ridha kedua orang tua dan berani murtad kepada Allah, kalau tak ingin mendapatkan murka-Nya. Semoga!

Epholic

other source : http://solopos.com, http://epholic.blogspot.com, http://docstoc.com

0 Response to "JANIN MENGHILANG KARENA MURTAD"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *